Mainan2 Jadul

Tanya mas @wong tegal & mas @Awee ah; apa kecilnya pernah kenal benang gelasan?
Kalau kenal sih pasti, Mbak...😁

Waktu kecil pernah coba bikin sendiri (bertekad untuk tidak beli), pecahan beling ditumbuk sampai halus, kemudian benangnya dilumuri lem, selanjutnya dibenamkan ke "tepung" beling yang sudah ditumbuk halus tadi.
Karena masih "amatir" membuat benang galasan (kami menyebutnya galasan), akibatnya benangnya jadi malah berat (maklum, ukuran "tepung" belingnya campur aduk, nggak rata halusnya, malah masih ada yang ukurannya sebesar kepala jarum pentul....:LOL:), nggak bisa menerbangkan layangannya....:ROFLMAO::ROFLMAO: Layangannya nggak mau naik-naik.....:ROFLMAO::ROFLMAO:
 
Eh, dapat mention dari bu bebek... :)
Tentu saja saya pernah kenal dengan benang gelasan dan kegunaan dari benang gelasan karena masa kecil saya pernah terisi dengan kegiatan main adu layangan. Ditempat saya adu layangan namanya sangkutan layangan.
Saya bahkan pernah membuat sendiri benang gelasan. Untuk benang saya gunakan benang renda putih cap jagung. Benang tersebut saya gulung dulu pada uang lima rupiah. Bahan lain: serbuk kaca, ancur sebagai lem pelekat, angkak/pewarna makanan (agar benang gelasan menjadi berwarna) dan air. Hasilnya satu kali menang selanjutnya kalah terus. Usut punya usut ternyata serbuk kacanya banyak yang lepas dari benang ketika digunakan untuk sangkutan yang pertama. Karena hasilnya tidak begitu baik untuk selanjutnya saya lebih suka membeli benang gelasan yang harganya waktu itu satu gelok kecil rp 30,- (yah... sesuai budget yang saya punya)
Kalau sekarang banyak beredar senar gelasan (bukan benang gelasan, ya). Penggunaan senar gelasan sebenarnya berbahaya. Bahayanya adalah apabila layangan tersangkut pada kabel listrik. Ketika senar hendak diputus dengan cara menarik senar bisa jadi kabel listrik yang tersangkut layangan akan menempel pada kabel listrik disebelahnya akibatnya senar akan teraliri listrik. Selain itu penggunaan senar gelasan sering merusak antene TV. Saya pernah mengganti antene TV sampai tiga kali gara-garanya ada layangan yang menggunakan senar gelasan mengajak adu sangkutan dengan antene TV saya. Akhirnya agar antene TV tidak diajak adu sangkutan saya pasang antene TV baru di bawah genteng di atas plafon.
Sebenarnya banyak yang bisa saya ceritakan tentang keseruan main layangan beserta strategi dalam memenangkan adu layangan dan kecurangan-kecurangan dalam adu layangan tapi itu bisa menghabiskan satu atau dua halaman. Jadi saya cukupkan saja sampai di sini, ya. Terima kasih sudah membaca komen saya. Cherio... πŸ™‹β€β™‚οΈ
 
Ini adalah biji mahoni. Dulu pada waktu masih SD saya dkk sering menggunakan biji mahoni ini sebagai alat permainan. Caranya adalah ujung yang tipis dari biji mahoni dipegang dan dilempar ke atas dengan sekuat tenaga. Ketika biji mahoni ini jatuh dia akan berputar-putar seperti baling-baling helikopter. Permainan yang murah meriah. Senangnya dapat, olahraganya pun dapat sehingga badan menjadi sehat.
Selain digunakan sebagai alat permainan biji mahoni bisa digunakan untuk mengerjai teman. Caranya adalah bagian yang tebal dikupas kemudian dikeluarkan bagian dalamnya (lihat yang dilingkari warna merah). Nah, bagian yang ini kemudian dioleskan ke biskuit setelah itu biskuit yang sudah diolesi diberikan kepada target. Rasanya pahit bro seperti brotowali. :)

mahoni1.jpg mahoni2.jpg
 
Pernah saat saya berkunjung ke rumah nenek saat saya masih kecil, tante saya menunjukkan permainan ini

Stratego.jpg

Nama boardgamenya Stratego. Prinsip bermainnya simpel, kita mencari bendera lawan menggunakan pasukan yang kita punya, yang bisa menemukan bendera lawan duluan dialah yang menang. Walaupun ini hanya permainan yang bisa dimainkan dua orang (1 lawan 1), tapi saya menemukan sensasi keseruan yang membuat saya jatuh cinta dengan boardgame sampai sekarang.

Sekarang kalau saya browsing mencari game ini di toko online, harganya sudah berkisar 1 jutaan.
 
Yg paling saya ingat permainan di masa kecil itu:
Patok lele
Mungkin untuk daerah lain namanya beda kali😁, ini yg buatn saya teringat betul, nah... Itukan permainan nya dibuat dari boleh batang kayu atau pipa, dibuat 2 seukuran sekitar 30 cm, cara mainnya nya kn di songket dari tanah sampai yg paling jauh.. Nah tuh batang kayu eh malah melayang nya kena kepala gua.. Otomatis benjol... Tuh yg buat saya terkenang kembali πŸ™πŸ™
 
Nama boardgamenya Stratego
Waktu masih bocah saya pernah melihat ada tetangga main game ini. Mereka menyebutnya catur merebut bendera. Kalau tidak salah ingat bidak-bidaknya terdiri dari bendera, bom, prajurit, perwira menengah (letnan, kapten, mayor, kolonel), jenderal. Cara mainnya (mohon maaf kalau salah, ya, soalnya ini berdasarkan pengamatan saya sebagai penonton waktu itu) adalah meletakkan bendera di tempat yang kira-kira lawan tidak menduganya dan biasanya disekitar bendera tersebut ditempatkan tentara yang berpangkat perwira menengah dan bom untuk melindungi bendera agar tidak gampang direbut oleh bidak lawan (tapi itu tergantung strategi pemainnya sih). Setelah semua bidak diletakkan pada posisi yang diinginkan oleh para pemainnya kemudian kedua pemain saling memajukan bidak-bidaknya untuk mencari kira-kira dimana bidak bendera lawan berada. Apabila kedua bidak saling berhadapan maka kedua bidak tersebut akan dinilai berdasarkan pangkat dalam kemiliteran.
Kalau yang berhadapan pangkatnya sama misal prajurit sama prajurit maka keduanya dianggap mati dan harus keluar dari papan permainan. Bila yang berhadapan itu prajurit dengan salah satu perwira menengah atau jenderal maka prajuritnya yang mati dan harus keluar karena kalah pangkat sedangkan perwira menengah atau jenderalnya bisa diletakkan kembali ke papan permainan untuk melanjutkan permainan. Kalau berhadapannya dengan bidak bom maka kedua bidak mati dan harus keluar dari papan permainan. Oleh karena itu biasanya para pemain akan berusaha juga untuk mengetahui dimana keberadaan bom agar bisa dihadapkan dengan bidak prajuritnya tujuannya agar perwira menengahnya dan juga jenderalnya tidak berhadapan dengan bom. Permainan akan berakhir setelah bendera lawan berhasil direbut.
 
Waktu masih bocah saya pernah melihat ada tetangga main game ini. Mereka menyebutnya catur merebut bendera. Kalau tidak salah ingat bidak-bidaknya terdiri dari bendera, bom, prajurit, perwira menengah (letnan, kapten, mayor, kolonel), jenderal. Cara mainnya (mohon maaf kalau salah, ya, soalnya ini berdasarkan pengamatan saya sebagai penonton waktu itu) adalah meletakkan bendera di tempat yang kira-kira lawan tidak menduganya dan biasanya disekitar bendera tersebut ditempatkan tentara yang berpangkat perwira menengah dan bom untuk melindungi bendera agar tidak gampang direbut oleh bidak lawan (tapi itu tergantung strategi pemainnya sih). Setelah semua bidak diletakkan pada posisi yang diinginkan oleh para pemainnya kemudian kedua pemain saling memajukan bidak-bidaknya untuk mencari kira-kira dimana bidak bendera lawan berada. Apabila kedua bidak saling berhadapan maka kedua bidak tersebut akan dinilai berdasarkan pangkat dalam kemiliteran.
Kalau yang berhadapan pangkatnya sama misal prajurit sama prajurit maka keduanya dianggap mati dan harus keluar dari papan permainan. Bila yang berhadapan itu prajurit dengan salah satu perwira menengah atau jenderal maka prajuritnya yang mati dan harus keluar karena kalah pangkat sedangkan perwira menengah atau jenderalnya bisa diletakkan kembali ke papan permainan untuk melanjutkan permainan. Kalau berhadapannya dengan bidak bom maka kedua bidak mati dan harus keluar dari papan permainan. Oleh karena itu biasanya para pemain akan berusaha juga untuk mengetahui dimana keberadaan bom agar bisa dihadapkan dengan bidak prajuritnya tujuannya agar perwira menengahnya dan juga jenderalnya tidak berhadapan dengan bom. Permainan akan berakhir setelah bendera lawan berhasil direbut.
Betul sekali mas @wong tegal
Luar biasa masih bisa ingat cara bermainnya, padahal cuma jadi penonton, gak ikutan main. Memang rulesnya kurang lebih hampir seperti itu. Saya saat masih sekolah ato kuliah dulu kadang teringat dan kangen main game ini, sampai membuat sendiri bidak-bidaknya dari kertas yang bisa diberdirikan (membentuk huruf V terbalik), lalu mengajak satu orang teman untuk bermain.

Agak tergelitik juga mendengar kalau permainan ini disebut catur merebut bendera, padahal nama aslinya saja lebih singkat untuk disebut. Permainannya sendiri tidak sekompleks catur, dan strategi bermainnya tentu tidak bisa seperti catur, karena game ini lebih banyak mengandalkan luck alias beruntung dalam menebak apa bidak lawan. Tapi mungkin karena catur sudah sangat identik sebagai boardgame dengan menggunakan bidak ya jadi ketika ada game dengan papan yang dimainkan dua orang jadi disebut sebagai catur. Serupa dengan teman-teman saya yang menyebut semua game kartu, mau apapun permainannya, tetap disebut Poker. πŸ˜…
 
Kalau menurut saya permainan ini tetap membutuhkan sebuah strategi. Saya pernah melihat salah seorang pemain menggunakan strategi pengalihan. Dia menempatkan bidak bendera di pojok bawah dengan hanya dijaga seorang kolonel dan beberapa prajurit. Lalu sebagai bentuk pengalihan dia menempatkan bidak bom di bagian tengah wilayahnya dia sendiri dan di sekitar bom tersebut ditempatkan beberapa perwira menengah dan prajurit. Harapannya lawannya terkecoh mengira kalau bidak yang dilindungi oleh beberapa perwira menengah dan prajurit itu adalah bidak bendera sehingga lawannya akan mengerahkan jenderal dan pasukannya untuk memusatkan serangannya pada wilayah tengah. Dan memang lawannya terkecoh.
 
Betul mas @wong tegal. Strategi utama dalam game ini adalah bagaimana menempatkan bendera. Saya juga kadang menaruh bendera di barisan depan. Karena biasanya orang akan menaruh bendera di barisan paling belakang agar bendera semakin terlindungi, dan berpikir musuh juga melakukan hal yang sama. Musuh saya pun seringkali tertipu. Selain itu saya juga akan selalu memperhatikan bidak yang diletakkan awal-awal oleh musuh, simpel saja, karena penempatan bendera adalah hal yang cukup krusial, maka biasanya orang akan menaruh benderanya dulu di papan. Jika bukan bendera yang pertama dia taruh, setidaknya dia akan membangun bendera di sekeliling area itu.

Jujur, membicarakan kembali game ini, sangat menggoda saya untuk merogoh kocek membeli barang ini di toko online untuk bisa kembali merasakan kenangan bermainnya. Cuma ya harganya yang mahal itu, dan karena hanya bisa dimainkan berdua (saya lebih senang bermain game yang bisa melibatkan orang banyak > 3), membuat saya berpikir dua kali untuk membeli πŸ˜…
 
asli lupa sama mainan yang satu ini, sekarang jadi terkenang lagi, biasanya didemonstrasikan hilir mudik di baskom, menurut saya kreatif pencipta mainan ini. masih ada jual gak ya?
ini pakai tenaga uap dan panas kan?
 
IMG_20220110_081025.jpg

ada yang bisa mainin ini?
beyblade jadul πŸ˜‚
dulu ini punya kakak, lalu menurun2 sampai ke saya, entah terbuat dr kayu apa, ini sangat kuat, sejak kakak tertua saya masih kecil, sampai sekarang anak dia udah SMA, ini foto nya saya ambil td pagi.
 
ada yang bisa mainin ini?
beyblade jadul πŸ˜‚
Kami dulu menyebutnya gasing, Mas @mahyudin1992... :)
Sempat memainkannya waktu bocah dulu, meski tidak terlalu ngefans berat...😁
Kadang bersama teman suka saling adu gasing. Terkadang, di ujung bawahnya dipasang paku, sehingga kalau terlompat dan mendarat di gasing lawan, kadang bisa memecahkan gasing lawan...:eek:
Salah satu sepupu saya sangat jago mainnya waktu bocah dulu...
 
Terkadang, di ujung bawahnya dipasang paku, sehingga kalau terlompat dan mendarat di gasing lawan, kadang bisa memecahkan gasing lawan...:eek:
Salah satu sepupu saya sangat jago mainnya waktu bocah dulu...
kalau kena kaki, bahaya bgt itu ya
 
kalau kena kaki, bahaya bgt itu ya
Betul, Mas @mahyudin1992. Apalagi kami dulu saat bocah kalau main nggak pernah pakai sepatu, alias telanjang kaki (nyeker)...😁
Kalau ada yang pakai sendal jepit, itu sudah bagus....:LOL:
Itu sebabnya kalau main, saat teman mau melemparkan gasingnya, yang lain menjaga jarak (bukan karena Covid-19 ya....😁), supaya tidak terkena gasingnya.
 
Back
Top