Kisah seputar Perpustakaan (1)

ophan

Enthusiast
Joined
Oct 1, 2020
Messages
35
Gender
Male
Bagian 1
Dibikin Gemes dan Kesel oleh Temen yang ngga Tanggungjawab

menghadapi liburan tentunya banyak yang harus kupersiapkan; terutama jangan sampai meninggalkan urusan yang belum tuntas agar yang akhirnya liburanku terganggu secara piskologis. Termasuk urusan pinjam meminjam buku di perpustakaan kampus. yang jadi masalah kartu anggota perpustakaanku di pinjem temen asal luar kota juga untuk minjem sejumlah buku. aku percaya padanya, dia akan mengembalikan buku2 itu ke perpustakaan. jadi aku ga punya firasat apa-apa untuk kejadian yang akan bikin aku repot. aku berangkat aja menuju kampung halamanku dengan hati sumrimgah membayangkan liburanku yang pasti indah dan bahagia tanpa beban apa-apa. sebulan lewat, aku kembali ke kost ku disamping kampus. pertama yang ku cek adalah keberadaan kartu perpustakaanku di temen yang tadi sedkit kuceritakan. tak dinyana dan tak disangka; buku-buku yang dia pinjam ternyata belum dia kembalikan. malah saat seharusnya buku-buku itu sudah berada di rak perpustakaan, malah dia ngeloyor pergi ke kampungnya tanpa ada kekhawatiran sedikitpun seperti aku rasakan waktu itu. dia tanpa merasa bersalah apa-apa hanya berucap singkat; "udah ga apa-apa, balikin aja ga akan didenda koq. bilang aja lupa ditinggal liburan.' - dengan kalimat singkat tepat dan jelas dan tentu saja 'bijak'. huh ternyata ada juga orang kayak gitu. aku ga komen apa-apa. aku ambil buku2 itu semuanya, sambil cepet-cepet angkat kaki saking muaknya. untung segitu juga kartunya ga hilang dan dia ga jual buku-bukunya. berminggu-minggu buku itu ga kusentuh sama sekali di rak bukuku. aku males buat menyelesaikan administrasi, karena rasa keselku belum sirna. ga tau dari mana dan kenapa setelah sekian lama masalah itu berlangsung tanpa ada kejelasan, muncul ide untuk menyelesaikan masalah ini secara kekeluargaan. tentunya bukan dengan temenku yang sontoloyo itu; tapi dengan admin perpustakaan. kebetulan ada pegawai perpustakaan yang tinggal deket kosanku. satu hari ku sampaikan masalahku ke orang itu. dan alhamdulillah pertolongan ternyata sungguh deket apabila kita punya bakat jadi orang soleh dan penyabar. kata dia, udah bawa aja buku-bukunya ke ruanganku di kantor perpustakaan; biar saya bantu penyelesaiannya. betapa gembiranya hatiku. karena ternyata uang bulananku ga akan menguap sia-sia buat bayar denda keterlambatan pengembalian buku. besok harinya aku datangi dia di ruangannya. dia menyambutku dengan ramah. dia nerima sejumlah buku-buku itu. dan mengamati jumlah hari keterlambatan. entah apa yang ada di benaknya, dia tersenyum penuh arti ke arahku sambil meraih kalkulator pavorite pedagang beras di meja sebelahnya. lalu dia bilang dengan bijaknya,.... "oh hampir dua bulan ya telatnya... denda satu buku perhari sekian rupiah,.. jumlah bukunya tiga,.. jadi yang harus dibayar adalah ... sekian ratus ribu rupiah,,. kata dia tanpa tedeng aling-aling, dengan gaya penarik pajak jaman robon hood. oh kulihat alangkah suramnya dunia dan dia dalam pandangan mataku. ternyata bukan malaikat penolong yang ada dihadapanku tapi ternyata setan penjerat isi dompet. setelah selesai urusannya, aku pulang dengan langkah gontay ala harimau betina yang abis melahirkan.
 
Last edited:
Kalo ane mah pernah bantu2 temen jd penagih buku2 yg telat waktunya di perpustakaan,keliling kota masuk gang2 bahkan daerah2 yg blm pernah ane masuki sebelumnya,lmyn seru jg sih waktu itu aplg kl pas alamat ktp gk sesuai sm rumahnya...ampun dah,tanya2 tetangga kiri kanan brgkl msh ada yg kenal dan plg apesnya ya emang sdh gk ada di situ sdh lama,trus kl semisal masalah alamat sdh kelar nah ini bagian yg plg seru...alasan mereka knp gk ngembaliin bukunya,kdg sampai telat 2 atau 3 bulan,ya mulai dr alasan plg simpel lupa sampai takut didenda krn sdh terlanjur lama banget...nah kl soal alasan dan buku sdh di tangan saatnya bicara soal denda,ya waktu itu sih ane itung in dulu denda seharusnya kl dia emang bisa bayar ya sukur gk rugi waktu dan transport tp kl emang kepepet gk ada dana ya plg seiklhasnya atau bahkan ya pokok buku kembali gt aja,ya lmyn seru jg sih lihat alasan2 mereka dan tingkah mereka yg kaget pas denger dendanya hehehe...
 
kangen sama perpustakaan jaman SMP dulu,isi mya komplit banget dr ensiklopedia,bacaan pelajaran sampai novel2 fiksi.mangkanya dulu tiap 3 hari sekali suka pinjem buku dari perpustakaan buat dibaca dirumah dan itu gratis tis tis
ada juga taman bacaan dekat rumah nenek dulu,komik lokalnya banyak,komik eropa dan amrik jg banyak.paling betah kalau udh nongkrong disitu.sekali sewa bisa banyak banget,yg bayarin kakak sepupu ini yg doyan baca juga hehe
 
Cuma mau comment sedikit di sini, saya kesal karena ternyata perpustakaan nasional tidak sesuai dengan namanya, baru2 ini saya jadi member perpustakaan nasional, saya terkejut karena ternyata di sana sudah bukunya tidak lengkap eh untuk membacanya saja perlu perlakuan khusus, (dalam hati saya bertanya, is this serious man???? buku ini banyak di temui di toped dengan harga yg biasa2 saja bahkan, kok di sini di anggap buku langka????)

Dari sana saya berkesimpulan, no wonder bangsa ini buta literature amat parah, yah perpustakaanya saja begini, mana di sana banyak pengunjung yg hanya ingin bergaya, selfie dan posting di sosmed seolah2 mereka hobby baca biar keliatan intelect, buka lap top cuma buat buka yotube, Masyallah kalau buka yotube saja ngapain ke perpus nasional?

Maaf kalau isinya keluh kesah, karena saya sedih, muak dan kesal setelah berkunjung ke sana, seharusnya tempat itu menjadi sumber ilmu yg paling top di negara ini, kenyataanya, lebih baik ke pasar buku loak (lebih lengkap dan murah, tidak ribet tanpa orang munafik sok intelect)

Kelebihan perpus nasional hanya 1 buat saya, di lantai 7 tempat buku anak2 cukup akomodatif, anak2 bisa tidur2an teriak bahkan saat membaca buku, berbeda dengan perpus pada umumnya, saya senang untuk itu karena mampu mengenalkan buku dan perpus ke anak2 saya bahwa buku dan perpus itu tempat yg menyenangkan.
 
Perpustakaan pemerintah secara periodik menyingkirkan buku2 yg tidak pernah dipinjam. Bila kita punya sebuah lembaga, bisa mengajukan permohonan untuk memperoleh buku2 tadi. Bisa buat menambah isi Taman Bacaan. Setelah ada persetujuan, biasanya harus mengambil sendiri ke Perpus tersebut.
 
Perpustakaan pemerintah secara periodik menyingkirkan buku2 yg tidak pernah dipinjam. Bila kita punya sebuah lembaga, bisa mengajukan permohonan untuk memperoleh buku2 tadi. Bisa buat menambah isi Taman Bacaan. Setelah ada persetujuan, biasanya harus mengambil sendiri ke Perpus tersebut.
Nah itu lah hal aneh kalau itu terjadi, tidak pernah di pinjam bukan berarti buku tersebut tidak penting.
Saya misalnya untuk membaca di tempat saja repot nya bukan main, mesti cari dulu di browser mereka, lalu order, nunggu order di layani alias buku di ambilkan, baru bisa membaca.
Proses dari cari buku sampai buku mau di baca saja sudah sekitar 30mnt - 1 jam, amat sangat tidak efesien dan membuang2 waktu saya.
Yang lebih kecewa, pilihan di e-commerce bahkan lebih lengkap dari PERPUSTAKAAN NASIONAL!, itu amat sangat tidak masuk akal untuk saya, yah tidak heran buta literasi amat sangat tinggi, lembaga acuannya saja seperti itu.

Saya jujur sedih sebagai orang yang amat sangat suka baca melihat hal itu terjadi.
 
Di Perpuswil Jateng Semarang, kebetulan yg dapat order system IT adalah teman saya. Disitu sudah diinstal software utk peminjaman buku. Buku2 tertentu dalam suatu periode (saya tdk tahu berapa bulan/tahun) tdk dipinjam akan ditandai, kemudian akan digudangkan, digantikan buku2 baru yg didapat dari anggaran tahunan. Kalau tdk ada yg digudangkan, perpus akan semakin penuh. Buku2 yg digudangkan ini bisa disalurkan pd yg membutuhkan. Lewat prosedur permohonan.
 
Nah itu lah hal aneh kalau itu terjadi, tidak pernah di pinjam bukan berarti buku tersebut tidak penting.
Saya misalnya untuk membaca di tempat saja repot nya bukan main, mesti cari dulu di browser mereka, lalu order, nunggu order di layani alias buku di ambilkan, baru bisa membaca.
Proses dari cari buku sampai buku mau di baca saja sudah sekitar 30mnt - 1 jam, amat sangat tidak efesien dan membuang2 waktu saya.
Yang lebih kecewa, pilihan di e-commerce bahkan lebih lengkap dari PERPUSTAKAAN NASIONAL!, itu amat sangat tidak masuk akal untuk saya, yah tidak heran buta literasi amat sangat tinggi, lembaga acuannya saja seperti itu.

Saya jujur sedih sebagai orang yang amat sangat suka baca melihat hal itu terjadi.
Mungkin masalah klasik, biaya dan peraturan.
Untuk simpan semua buku yg pernah diterima, akan butuh biaya besar untuk penyimpanan dan pengarsipan.
Kecuali budget untuk perpus bisa ditambah, maka sepertinya hal ini akan terus terjadi.
Tapi di sisi lain, mungkin juga memang ada buku2 dengan kualitas isi yang 'rendah'
Ya tau sendirilah di indo, siapa yg bisa jamin kalau mereka ga asal beli buku untuk abisin anggaran ?

Soal koleksi perpusnas, ga tau juga ya apa di Indo ada peraturan seperti di US.
Di sana,, tiap buku yg diterbitkan, pengarang atau penerbit di US wajib kasih min 1 copy ke library of congress.
Ini di luar dari material yg mereka beli sendiri. Jadi koleksinya memang banyak sekali.
Tapi ya ini memerlukan biaya yg lumayan besar. Balik lagi ke point di atas hehehe
 
Mungkin masalah klasik, biaya dan peraturan.
Untuk simpan semua buku yg pernah diterima, akan butuh biaya besar untuk penyimpanan dan pengarsipan.
Kecuali budget untuk perpus bisa ditambah, maka sepertinya hal ini akan terus terjadi.
Tapi di sisi lain, mungkin juga memang ada buku2 dengan kualitas isi yang 'rendah'
Ya tau sendirilah di indo, siapa yg bisa jamin kalau mereka ga asal beli buku untuk abisin anggaran ?

Soal koleksi perpusnas, ga tau juga ya apa di Indo ada peraturan seperti di US.
Di sana,, tiap buku yg diterbitkan, pengarang atau penerbit di US wajib kasih min 1 copy ke library of congress.
Ini di luar dari material yg mereka beli sendiri. Jadi koleksinya memang banyak sekali.
Tapi ya ini memerlukan biaya yg lumayan besar. Balik lagi ke point di atas hehehe
Untuk opini saya pribadi, tidak ada biaya yang terlalu Mahal untuk sebuah pendidikan.
Terlebih2 untuk hanya sekedar buku, buku adalah sarana ter murah dalam mendapatkan ilmu.
Bangsa yang maju dan besar pasti amat sangat menghargai buku.
Dari jaman kuno hingga saat ini, semua peradaban besar pasti ada jejak aksara dan bukunya (meski dalam bentuk yg berbeda2)
Let say akan terjadi catastrophic pada dunia, apa yang nanti bisa di ingat dari negeri Indonesia ini jika tidak ada 1 pun peninggalan aksaranya? Indonesia akan menjadi dongeng saja.

Again, dari saya pribadi bangsa ini tidak akan kemana2 selama fondasi pendidikan seperti Perpustakaan, Museum menjadi barang langka.
Mohon maaf jika kesanya postingan saya hanya berkeluh kesah, saya pribadi sudah mulai membuat langkah agar tidak terjadi GAP dalam dunia pendidikan, saat ini saya terdaftar sebagai "Praktisi Mengajar" dan sedang menjalani program mengajar di salah satu Universitas Negeri di Jakarta, tujuan saya simple, hanya ingin membuat ilmu menjadi murah bagai anak2 mahasiswa dan siap dalam menghadapi dunia.

Kalau tertarik bisa kunjungi link ini https://praktisimengajar.id/
 
Untuk opini saya pribadi, tidak ada biaya yang terlalu Mahal untuk sebuah pendidikan.
Terlebih2 untuk hanya sekedar buku, buku adalah sarana ter murah dalam mendapatkan ilmu.
Bangsa yang maju dan besar pasti amat sangat menghargai buku.
Dari jaman kuno hingga saat ini, semua peradaban besar pasti ada jejak aksara dan bukunya (meski dalam bentuk yg berbeda2)
Let say akan terjadi catastrophic pada dunia, apa yang nanti bisa di ingat dari negeri Indonesia ini jika tidak ada 1 pun peninggalan aksaranya? Indonesia akan menjadi dongeng saja.

Again, dari saya pribadi bangsa ini tidak akan kemana2 selama fondasi pendidikan seperti Perpustakaan, Museum menjadi barang langka.
Mohon maaf jika kesanya postingan saya hanya berkeluh kesah, saya pribadi sudah mulai membuat langkah agar tidak terjadi GAP dalam dunia pendidikan, saat ini saya terdaftar sebagai "Praktisi Mengajar" dan sedang menjalani program mengajar di salah satu Universitas Negeri di Jakarta, tujuan saya simple, hanya ingin membuat ilmu menjadi murah bagai anak2 mahasiswa dan siap dalam menghadapi dunia.

Kalau tertarik bisa kunjungi link ini https://praktisimengajar.id/
Setuju om.
Kalo saja perpus di indo bisa nyaman dan lengkap koleksinya, pasti akan luar biasa dampaknya.
Kalau mengutip pernyataan bahwa 'Bangsa yang maju dan besar pasti amat sangat menghargai buku.',
ya mungkin memang negara ini belum menjadi bangsa yg maju dan besar hehe

Kalau melihat konteks yg terjadi bekangan di indo, siapa yg setuju kalau subsidi bbm dialihkan ke pendidikan dan perpus ?
500 T lho tahun ini.... haha *provokator*
 
Setuju om.
Kalo saja perpus di indo bisa nyaman dan lengkap koleksinya, pasti akan luar biasa dampaknya.
Kalau mengutip pernyataan bahwa 'Bangsa yang maju dan besar pasti amat sangat menghargai buku.',
ya mungkin memang negara ini belum menjadi bangsa yg maju dan besar hehe

Kalau melihat konteks yg terjadi bekangan di indo, siapa yg setuju kalau subsidi bbm dialihkan ke pendidikan dan perpus ?
500 T lho tahun ini.... haha *provokator*

Saya sih pasti setuju, sayangnya dunia pendidikan memang tidak akan memberikan keuntungan instant terhadap siapapun yg invest di sana. Saya sih sudah sekeptis terhadap hal ini.
Contoh saja, semua kawan saya yg ambil pendidikan di luar negeri, tidak ada yg mau kembali ke negeri ini, bukan karena tidak cinta Indonesia (mereka sampai saat ini masih mempertahankan gaya hidup Indonesia, seperti silahturahmi, makanan, dst) namun lebih ke arah mereka sudah yakin negara ini tidak akan kemana2, setidaknya sampai mereka meninggal nantinya. Jadi yah daripada kesel lebih baik di luar saja.
 
Waktu SMA, sekelas diajak studi banding ke Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. Disana jalan2 berkeliling di kompleks kampus. Salah satunya ke perpustakaan. Wah, isinya buku semua. 😁 Lalu kami diberi informasi bahwa perpustakaan ini adalah yg terbesar di Asia Tenggara. Benar atau tdk, saya tidak tahu. Sayang kami tidak diberi kesempatan masuk utk melihat2 buku yg ada.
Pulangnya bareng2 naik bis umum jurusan Solo-Semarang. Kondekturnya meminta ongkos. Lalu setelah menghitung2 jumlah anak. Dia bilang masih kurang. Ada yg belum bayar. Saya lalu tanya kurangnya berapa? Dia bilang empat orang. Lalu saya keluarkan uang membayar kekurangan tersebut. 🚌
Sebetulnya sih, waktu itu saya termasuk yg belum (mau) bayar. 😅
 
Saya ingat betapa perpustakaan umum daerah sangat membantu dulu saat SMP di Bandarlampung (long-long time ago) sy harus mengerjakan tugas sekolah untuk menulis karya tulis tentang bahaya narkoba. Kalau dipikir sekarang apakah anak-anak tahu tentang perpustakaan... hmmm.... kadang kita jadi bertanyea-tanyea...
 
Back
Top