Terjemahan Cerdas & Kreatif

bebekhitam

Administrator
Staff member
Scanlation team
Kontributor
Joined
Nov 26, 2013
Messages
1,644
Gender
Female
topik ini sudah sering dibahas di forum ini, thread ini u/ me list contoh2 u/ dikagumi

- Secret Seven (SS) ---> Sapta Siaga (SS), Asta Astaga (komen mas @kresnaw di sini)
buku: Sapta Siaga
alih bahasa: Agus Setiadi
penjelasan: Sapta artinya Tujuh dalam bahasa Jawa, Asta artinya Delapan

- “Sunshine, daisies, butter mellow Turn this fat rat yellow”
"Cahaya mentari, mentega, kemuning Ubahlah tikus gemuk bodoh ini jadi kuning”
buku: Harry Potter
alih bahasa: Listiana Srisanti (komen mbak @ari_jh di sini)
penjelasan: Perubahan kata “mellow” menjadi “kemuning” dengan tujuan untuk mendapatkan akhiran rima yang sama dengan kata “kuning”

- “Mirror of Erised”
Cermin Tarsah
buku: Harry Potter
alih bahasa: Listiana Srisanti
penjelasan: Erised adalah kata fiktif karangan Rowling berasal dari Desire, diterjemahkan menjadi Hasrat lalu dibalik menjadi Tarsah

- The Tidy-up Gnomes --> Para Kurcaci Rapi Jali
cerita dongeng: The Queen of Hearts tells a Story
alih bahasa: @idanora

- Purity Goodfellow --> Murni Budiwati
cerita Nina: Anak2 Edenford
alih bahasa: @Feffendy

- Buku: Asterix Desa Belah Tengah
alih bahasa: Rahartati Hardjasoebrata
Desa - En2.JPG Desa - En.JPG

tolong ditambahkan contoh2 lain :)
 
- Secret Seven (SS) ---> Sapta Siaga (SS), Asta Astaga (komen mas @kresnaw di sini)
buku: Sapta Siaga
alih bahasa: Agus Setiadi
penjelasan: Sapta artinya Tujuh dalam bahasa Jawa, Asta artinya Delapan
Mau nambah tentang Sapta Siaga dan Agus Setiadi:
Yang "Asta Astaga" dari bahasa Inggris "Exciting Eight". Kayaknya Enid Blyton suka sekali dengan alliteration seperti ini, seperti waktu di "Mencari Jejak", Susi membuat serikat saingan yang diberi nama "Famous Five", seperti nama Lima Sekawan dalam bahasa Inggris. Di bukunya disebutkan kalau Susi memilih nama itu karena ingin meniru nama Lima Sekawan. Untuk "Famous Five"-nya Susi ini, Agus Setiadi menterjemahkannya sebagai "Panca Pendekar", yang walaupun artinya berbeda, masih tetap mempertahankan alliteration-nya. Berbeda dengan versi asli, versi terjemahan Indonesia tidak menyebutkan kalau Susi meniru dari Lima Sekawan. Mungkin karena waktu buku "Mencari Jejak" diterbitkan di Indonesia, buku Lima Sekawan belum ada yang diterbitkan dalam bahasa Indonesia, jadi kalaupun ditulis Susi meniru Lima Sekawan, mungkin pembacanya tidak ada yang mengerti ("Mencari Jejak" ada di seri kancil no. 19, sedangkan Lima Sekawan yang pertama (Di Pulau Harta) ada di no. 29). Sebagai tambahan, dalam versi bahasa Indonesia, Peter sempat mengejek "Panca Pendekar" sebagai "Para Penidur" (sama-sama berinisial PP), yang sebenarnya tidak ada dalam versi Inggris, sepertinya hasil kreatifitas Agus Setiadi sendiri.
Log in or register to view this content!
Kesimpulannya: Agus Setiadi kreatif sekali dalam menterjemahkan :)
Sedikit out of topic: Saya kadang merasa "tidak puas" dengan terjemahan dari bahasa Jepang. Masalahnya bukan karena ketidakmampuan penterjemahnya, tapi lebih ke arah perbedaan latar belakang. Bahasa Jepang yang dipakai di manga/novel sangat colloquial, misalnya untuk bilang "saya", ada beberapa versi (watashi, atashi, boku, ore, atai, oira, washi, dll) dan dengan memilih kata saya yang dipakai pelaku dalam cerita, kita bisa kurang lebih menebak latar balakang mereka. Belum lagi ditambah dengan macam-macam dialek (adu mulut Heiji dan Kazuha (Detektif Conan) terasa lebih lucu kalau dibaca/didengar dalam dialek Kansai, dan Yukime (pak guru Nuube) yang kalau sedang panik jadi ngomong dalam dialek Tohoku bisa lebih memberi latar belakang tokoh). Mungkin bahasa Indonesia punya keterbatasan kalau mau mengekspresikan itu semua. Jadi kalau ada penterjemah dari bahasa Jepang ke Indonesia yang berhasil menterjemahkan nuansa kata-katanya, berarti penterjemahnya sangat ahli :).
 
topik ini sudah sering dibahas di forum ini, thread ini u/ me list contoh2 u/ dikagumi

- Secret Seven (SS) ---> Sapta Siaga (SS), Asta Astaga (komen mas @kresnaw di sini)
buku: Sapta Siaga
alih bahasa: Agus Setiadi
penjelasan: Sapta artinya Tujuh dalam bahasa Jawa, Asta artinya Delapan

- “Sunshine, daisies, butter mellow Turn this fat rat yellow”
"Cahaya mentari, mentega, kemuning Ubahlah tikus gemuk bodoh ini jadi kuning”
buku: Harry Potter
alih bahasa: Listiana Srisanti (komen mbak @ari_jh di sini)
penjelasan: Perubahan kata “mellow” menjadi “kemuning” dengan tujuan untuk mendapatkan akhiran rima yang sama dengan kata “kuning”

- “Mirror of Erised”
Cermin Tarsah
buku: Harry Potter
alih bahasa: Listiana Srisanti
penjelasan: Erised adalah kata fiktif karangan Rowling berasal dari Desire, diterjemahkan menjadi Hasrat lalu dibalik menjadi Tarsah

- The Tidy-up Gnomes --> Para Kurcaci Rapi Jali
cerita dongeng: The Queen of Hearts tells a Story
alih bahasa: @idanora

- Purity Goodfellow --> Murni Budiwati
cerita Nina: Anak2 Edenford
alih bahasa: @Feffendy

- Buku: Asterix Desa Belah Tengah
alih bahasa: Rahartati Hardjasoebrata
tolong ditambahkan contoh2 lain :)
wuahh banyak sekali variasi dalam menterjemahkan bahasa asing ke Indonesia
 
Last edited by a moderator:
Sedikit out of topic: Saya kadang merasa "tidak puas" dengan terjemahan dari bahasa Jepang. Masalahnya bukan karena ketidakmampuan penterjemahnya, tapi lebih ke arah perbedaan latar belakang. Bahasa Jepang yang dipakai di manga/novel sangat colloquial, misalnya untuk bilang "saya", ada beberapa versi (watashi, atashi, boku, ore, atai, oira, washi, dll) dan dengan memilih kata saya yang dipakai pelaku dalam cerita, kita bisa kurang lebih menebak latar balakang mereka. Belum lagi ditambah dengan macam-macam dialek (adu mulut Heiji dan Kazuha (Detektif Conan) terasa lebih lucu kalau dibaca/didengar dalam dialek Kansai, dan Yukime (pak guru Nuube) yang kalau sedang panik jadi ngomong dalam dialek Tohoku bisa lebih memberi latar belakang tokoh). Mungkin bahasa Indonesia punya keterbatasan kalau mau mengekspresikan itu semua. Jadi kalau ada penterjemah dari bahasa Jepang ke Indonesia yang berhasil menterjemahkan nuansa kata-katanya, berarti penterjemahnya sangat ahli :).
Mungkin agak sedikit OOT. Tapi pandangan Mas @Kurniawan sangat menarik dan menggelitik😁.
Untuk terjemahan, ada sebagian berpandangan bahwa terjemahan yang baik adalah yang dapat menangkap maksud dan ide dari sang penulis dan kemudian menuangkannya dalam bahasa terjemahan yang sesuai. Sebagian lagi berpandangan bahwa terjemahan yang baik adalah yang bisa menerjemahkan bahasa yang digunakan oleh penulis ke dalam bahasa sang penterjemah. Sebagai ilustrasi, ada yang berpandangan bahwa dalam terjemahan dari puisi-puisi karya Omar Khayyam ke dalam Bahasa Inggris, maka terjemahan yang baik adalah di mana pembaca yang berbahasa Inggris membaca puisi tersebut mendapat kesan bahwa [seolah-olah] puisi tersebut adalah karya seorang penyair Inggris -- dan bukan karya orang Persia. Namun di sisi lain, ada yang berpandangan bahwa terjemahan yang baik adalah bahwa tidak ada kata atau kalimat yang tertinggal dari bahasa aslinya. Ini memang masih menjadi perdebatan (ngomong-ngomong, saya sendiri bukan ahli bahasa apalagi ahli terjemah....:LOL:).
Contoh karya Omar Khayyam itu sendiri menjadi menarik, karena terjemahan syair tersebut dalam bahasa Inggris, Rubaiyat of Omar Khayyam, diterjemahkan oleh Edward Fitzgerald, menjadi perdebatan yang hangat. Sebagian menganggap terjemahan Fitzgerald tersebut sangat bagus, namun sebagian lagi menganggap bahwa Fitzgerald terlalu letterlijk menerjemahkan syair-syair karya Omar Khayyam tersebut dan gagal memahami makna sejati dari syair tersebut. Ini menjadi menarik karena pendapat pertama menjadikan Omar Khayyam sebagai seorang anti-sufi, sementara pendapat kedua justru memandang Omar Khayyam sebagai seorang sufi.

Terlepas dari hal tersebut, ada seorang teman yang mengatakan bahwa masing-masing bahasa di dunia memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing, dan itu semua terkait erat dengan budaya dan peradaban bangsa yang menggunakan bahasa tersebut. Ada yang berpandangan bahwa bahasa yang lebih tinggi dan maju adalah bahasa yang memiliki bentuk pengungkapan yang semakin beragam, namun ada juga yang berpandangan bahwa bahasa yang lebih tinggi dan maju adalah bahasa yang justru satu kata memiliki makna yang luas dan beragam.
Sehingga menurutnya, tidak ada satu terjemahan yang benar-benar persis seratus persen. Pasti ada ide/pesan yang tidak bisa tersampaikan secara sempurna dari suatu terjemahan dibandingkan karya aslinya, karena tidak ada dua bahasa yang identik.

Saya sependapat bahwa penerjemah harus menguasai dan memahami bahasa yang akan diterjemahkan, termasuk nuansa, karakter, bahkan budayanya. Nah, yang menjadi pertanyaan, apakah akan menerjemahkan ke dalam bahasa terjemahan yang dipahami, dimengerti sepenuhnya dan dihayati secara mendalam oleh pembaca terjemahan tersebut, atau akan menerjemahkan ke dalam bahasa terjemahan yang menghasilkan kesan sebagai "sebuah terjemahan dari sebuah karya orang asing"....:unsure:
 
- Seventa Smit --> Pitulia
Sisipan Bobo: Pitulia Bayang2 aneh (tentang anak ketujuh dari ibu yang juga anak ketujuh, Pitu=Tujuh dalam Bahasa Jawa)
alih bahasa: ?

- Gourmandinet (rakus/greedy) ---> Lobatamak
Komik Kisah2 oleh Comtesse de Segur
alih bahasa: @idanora
 
Untuk terjemahan, ada sebagian berpandangan bahwa terjemahan yang baik adalah yang dapat menangkap maksud dan ide dari sang penulis dan kemudian menuangkannya dalam bahasa terjemahan yang sesuai. Sebagian lagi berpandangan bahwa terjemahan yang baik adalah yang bisa menerjemahkan bahasa yang digunakan oleh penulis ke dalam bahasa sang penterjemah.
Sebagai orang yg pernah menderita krn baca buku terjemahan yg kurang luwes dg bahasa khalayak umum, saya pilih nomer 1. Padahal yg saya baca itu buku nonfiksi yg spesifik di bidang tertentu, tp istilah2 di dalamnya tidak umum di masyarakat sehingga saya makin pusing. Saya jd ragu apakah penterjemah benar2 memahami buku yg diterjemahkannya 😁
Salah satu prinsip yg saya anut adalah KISS ... Keep It Simple, Stupid 🤣 buatlah semua translitan itu dlm bahasa yg sangat sederhana sampai semua pembaca paham. Menterjemahkan bahasa tanpa mengikutkan budaya lokal (yaitu pola pikir dlm menulis yg bisa dipahami khalayak umum) hanya akan menghasilkan tulisan yg ruwet. Kalau kesulitan, cukup lambaikan bendera putih dan tulis saja dlm bahasa aslinya 😅
 
Sebagai orang yg pernah menderita krn baca buku terjemahan yg kurang luwes dg bahasa khalayak umum, saya pilih nomer 1. Padahal yg saya baca itu buku nonfiksi yg spesifik di bidang tertentu, tp istilah2 di dalamnya tidak umum di masyarakat sehingga saya makin pusing. Saya jd ragu apakah penterjemah benar2 memahami buku yg diterjemahkannya 😁

a valid point mbak. Entah betul atau tidak tapi katanya Eisntein pernah bilang "If you can't explain it to a six-year-old, you don't understand it yourself." Saya mengartikannnya sebagai: orang yang tahu sesuatu luar dalam, biasanya bisa menjelaskan hal yg sangat kompleks sekalipun dengan berbagai cara. Saya pernah mendengarkan seorang profesor fisika terkenal menjelaskan pada anak2 SD (teman2 sekelas anak beliau) tentang teori fisika dan hubungannya dengan buku Alice in Wonderland, dan beliau mampu menjelaskan berbagai teori rumit dengan sederhana tapi tidak kehilangan essence/artinya.
 
Nah, kadang masalahnya itu di dunia penerbitan, tdk semua penerjemah itu memiliki latar belakang yg sesuai dg materi yg diterjemah. Seringkali penerjemah harus belajar dulu dgn baca2 buku lain. Walopun ada yg sudah paham materi, tp kadang penerjemah tidak mau repot2 menyederhanakan bahasanya. Bisa jadi krn dikejar tenggat waktu 😆
Dan tidak semua orang pintar (dosen, peneliti) mau menterjemah.
 
Asterix Legionnaire

di versi original Perancis, frame berikut memparodikan lukisan The Raft of the Medusa o/ pelukis Perancis: Théodore Géricault (1791-1824). Juga permainan kata: médusée = tertipu/dumbfounded/dibodohi/terjebak. Sang bajak laut bilang: 'tertipu/terbodohi aku'

di versi inggris diterjemahkan jadi: 'we've been framed by Jericho'

Ibu Anthea Bell (penerjemah bhs Inggris) berhasil menterjemahkan parodi tsb dg kreatif:

we've been framed = selain "framed"/di figura merujuk ke lukisan Géricault; dalam bahasa inggris "framed" juga berarti dijebak, dibodohi. Setelah itu ditambahkan '...oleh Jericho' yg merupakan pronunciation Géricault

medusa.jpg

sumber: https://auntymuriel.com/2012/12/23/...he-genius-of-anthea-bell-and-derek-hockridge/

sayangnya humor ini hilang dan tak diterjemahkan di versi bahasa indonesia

medusa 2.JPG

colek @maszd , mbak @idanora , mas @Awee, mas @Feffendy, mbak @ari_jh, mas @Kurniawan & mas @wong tegal
 
Benar juga kata Géricault sepintas kalau diucapkan terdengar seperti Jericho... :)
Menurut saya humor parodi itu di Indonesia tidak diterjemahkan dikarenakan (mungkin) kita orang Indonesia tidak begitu familier dengan lukisan The Raft of the Medusa karya pelukis Perancis: Théodore Géricault. Kalau diterjemahkan kita (mungkin) tidak akan tahu lucunya dimana.
 
Back
Top