Kenapa begitu ya? Aneh juga.
Saya kira itu terkait erat dengan budaya bangsa Jepang, Mas
@richie200671...
Ada teman yang pernah mengatakan bahwa kita bisa mengetahui budaya suatu bangsa dengan membaca novel/buku karya bangsa tersebut.
Kelihatannya budaya bangsa Jepang memang menempatkan perempuan -- tanpa ada tendensi merendahkan, ya....
-- dalam posisi domestik/keluarga. Posisi ini tidak harus bermakna negatif atau merendahkan, karena bisa jadi konstruksi tersebut yang memang terbaik untuk bangsa Jepang.
Sekitar tahun 1992-93 saya pernah membaca artikel di surat kabar harian nasional, menceritakan profil seorang wanita Indonesia yang menikah dengan pria Jepang dan kemudian menetap di Jepang. Wanita tersebut,
Anni Iwasaki, menceritakan bahwa wanita Jepang setelah menikah -- sekalipun berpendidikan tinggi -- tetap mendidik anak-anaknya (bahkan banyak yang memilih menjadi ibu rumah tangga....
). Bahkan dengan pendidikan yang tinggi tersebut, sang istri dapat mendidik anak-anaknya dengan lebih baik karena memiliki bekal pengetahuan yang layak, yang pada gilirannya menjadikan anak-anak mereka semakin terpelajar dan terdidik.
Anni Iwasaki sendiri merupakan wanita terpelajar, bahkan mendapat gelar
Doktor Honoris Causa dari
Saint John Institute Of Management Science, Houston, Texas, USA. Meski demikian, dalam artikel tersebut,
Anni Iwasaki bangga sebagai seorang ibu rumah tangga (meski sudah menempuh pendidikan di perguruan tinggi). Dia juga seorang penulis novel. Nukilan riwayatnya antara lain dapat dilihat di sini
https://text-id.123dok.com/document...ni-iwasaki-dan-novel-mahligai-perkawinan.html
Dengan iklim dan budaya semacam itu, bisa jadi karena masuknya pengaruh pemikiran dari luar (Jepang sampai era Meiji pada abad XIX adalah negara yang cenderung tertutup dan mengisolasi diri dari luar, bisa dikatakan baru membuka diri pada pertengahan abad XIX), muncul pemikiran-pemikiran untuk "mereformasi" budaya tersebut. Boleh jadi
stereotype pada manga-manga tersebut -- seperti yang diungkapkan oleh Mbak
@idanora dan Mbak
@bebekhitam di atas -- merupakan "ekspresi spontan bawah sadar" dari budaya yang memang sudah mengakar kuat tersebut. Atau bisa jadi justru merupakan bentuk "sindiran" terhadap budaya yang sudah sangat mengakar tersebut (mungkin pemikiran ini banyak dianut oleh kelompok feminis.......
).