Handphone Jadul Yang Paling Berkesan

Handphone Jadul Yang Paling Berkesan


  • Total voters
    57
Pernah pacaran sama bakul hp bikin saya lumayan update tentang hape jadul. Pertama pake hp Philips Twist yang segede HT, tapi suara dan ketahanannya top banget. Tapi yang paling berkesan sih Motorolla V-Series Gold. Tuh hape luar biasa, jatuh berkali2 bahkan ga sengaja terlindas ban mobil, tapi tetap hidup #tepuktangan ๐Ÿ‘๐Ÿ‘๐Ÿ‘
 
Nokia 5110. Hand phone sejuta umat
Handphone pertama yg dibeli dari uang sendiri
Beli HP tsb waktu kerja pertama kali.
Awet dan bisa gonta ganti casing
 
Jujur, saya termasuk gaptek dan mungkin termasuk manusia yang terlambat pakai HP ๐Ÿ˜… . Jadi betul-betul awam soal merek dan seri HP. Baru pakai HP akhir 2004 (saat rasanya teman-teman yang lain sudah pada pakai HP bertahun-tahun...)
HP pertama Sony Ericsson, itu pun warisan dari kakak yang beli di Jakarta waktu datang dari luar. Saat kembali keluar, HP diwariskan kepada saya...๐Ÿ˜. Saya tidak tahu jenis serinya.
Karena rada gaptek, nggak tahu bahwa kalau mencharge HP tidak boleh terlalu lama, akibatnya baterai HP-nya "bengkak" dan pas cari penggantinya, produk itu sudah tidak keluar....๐Ÿ˜†

Kemudian baru beli HP Nokia, yang murah saja, cukup yang bisa telpon dan sms saja, tanpa fitur-fitur lain.... tapi ada game-nya......:ROFLMAO::ROFLMAO:
Mungkin dua itu HP yang paling berkesan....:)

Tapi yang paling berkesan sih Motorolla V-Series Gold. Tuh hape luar biasa, jatuh berkali2 bahkan ga sengaja terlindas ban mobil, tapi tetap hidup
Kalau tidak salah sempat ada iklan di TV tentang Motorolla ini, Mbak @earlyn. Yang ingat, HP-nya dipukul-pukulkan ke tiang oleh anak pemiliknya yang masih balita. Kemudian nyemplung ke kolam. Ternyata masih bisa digunakan....๐Ÿ˜
 
Kalau tidak salah sempat ada iklan di TV tentang Motorolla ini, Mbak @earlyn. Yang ingat, HP-nya dipukul-pukulkan ke tiang oleh anak pemiliknya yang masih balita. Kemudian nyemplung ke kolam. Ternyata masih bisa digunakan....๐Ÿ˜
Waah.. kalau ada link video iklannya, mau donk. Nostalgia ๐Ÿคญ saking sayangnya, cara buka dan tutupnya diganjal pake jari jempol
MOTOROLA_V_SERIES_66_GOLD.jpg
 
Waah.. kalau ada link video iklannya, mau donk. Nostalgia ๐Ÿคญ saking sayangnya, cara buka dan tutupnya diganjal pake jari jempol
Saya sudah lama lihat iklannya, Mbak @earlyn. Hanya rasanya seri motorolanya berbeda. Rasanya saya yang salah lihat serinya (mohon maaf, saya memang gaptek, jadi yang ingat cuma HP-nya Motorola ...๐Ÿ™), yang di iklan lebih besar (tipe yang lama) dan standar, bukan tipe flip cover. Yang jelas, bintang iklannya bukan orang Indonesia.

Saya coba cari di youtube, sampai sekarang belum ketemu iklannya...๐Ÿ˜ž
 
Dulu jaman masih mahasiswa di awal tahun 2000-an di Jogja, saya lihat belum banyak orang yang pegang hape/ponsel. Masih ada persaingan antara sistem AMPS dan GSM. Operator AMPS kalo ga salah ada yg namanya Metrosel, nomernya diinjeksi ke unit. Kalo ada masalah dengan unitnya, bisa ditukar unit hapenya. GSM, walaupun dulu sering dibilang Geser Sedikit Mati, lama kelamaan menjadi standar industri. Operatornya Satelindo, Telkomsel dan Excel. Ayah saya punya nomor Simpati, harganya di kisaran Rp 1,5 juta (sekitar 1998/1999). Saya pernah bantu orang beli nomor Simpati di tahun 2000/1 dengan sistem undian--tidak bisa pilih nomor--dan untuk klaim SIM card harus datang langsung sendiri, bawa KTP, SIM card mininya langsung dipasang ke hape (biar ga dijual, mungkin). Harganya Rp 500 ribu. "Kemenangan" GSM pada waktu itu adalah karena adanya fitur SMS/short message service, dan adanya kesepakatan SMS antar operator (sebelumya SMS cuma ada sesama operator).

sim35ib.gif
Perjalanan awal saya mengenal hape ada di akhir tahun 2001, ketika terima lungsuran dari ayah, Siemens M35i, warna biru (harga belinya lupa). Plus dapet nomor baru IM3 Smart (pionir GPRS) yang didapet dari pameran di Malioboro Mall, harganya Rp 150 ribu. Nomornya pun msh inget: 0856-285-9342 (udh mati tp) ๐Ÿ˜ Jadilah saya penggemar fanatik Siemens seri M dan pendukung Indosat (sampai sekarang), serta suka beli majalah/tabloid dan ikut forum perseluleran (ForumPonsel.com?). M35i ini termasuk tahan banting, awet baterai (karena msh monochrome) dan mungil/pas di kantong. Ada game-nya, bisa bikin ringtone yg monophonic, manteplah pokoknya. Pembagian seri hape Siemens tidak ribet: A untuk pemula, C di kelas menengah dan S yang premium. Sedangkan seri M katanya untuk kaum muda dan yg suka beraktivitas outdoor. Tambahan variasi biasanya ada di huruf selanjutnya: X, L, E, F dll.

sim50.gif
Cuman ya karena ngikuti gaya hedon, tertarik untuk upgrade. Waktu itu sudah ada ME45 tapi belum sanggup beli. Kebetulan ada temen jual Siemens M50 second warna biru chrome, akhirnya tukar tambah yang waktu itu harganya Rp 900 ribu (akhir 2002). Fiturnya kurang lebih sama dgn M35i, tapi keunggulannya adalah sudah bisa mengakomodir games Java. Keypad-nya enak dan bodinya pas di genggaman/bukan full candy bar. Yang kurang adalah kapasitas batere nya yang rendah ๐Ÿ˜ฅ

sime45.gif
Sempet punya dua nomor karena harga SIM card umumnya udh di kisaran Rp 100 ribu, akhirnya tahun 2004 saya beli hape seken Siemens ME45 khusus dijadikan modem dengan SIM card yang punya unlimited GPRS tanpa bayar (dpt dari temen, katanya kartu yg punya bug). Dulu. tidak semua hape dilengkapi dengan kabel data, ME45 itu salah satu dari sedikit yang punya kabel data dan mudah untuk di-setting GPRS mode-nya di komputer. Waktu itu di tahun 2003, Siemens M55 sudah rilis di pasaran, tapi baru bisa beli seken-nya ketika sudah punya kerjaan (mid-2005). Hape dengan layar warna, keypadnya agak artistik, tapi belum ada kamera dan baterenya agak payah ๐Ÿ˜ฅ. Agak nyesel juga belinya, kenapa ga pilih MC60 atau M65 yang sudah punya kamera VGA. Dua model terakhir ini tidak kebeli, karena juga sedang ada niatan nabung. Kalo dilihat dari fisiknya, keypad tiga hape seri M ini agak stylish, seperti membentuk huruf X. Tapi kalo denger cerita dari temen2, memang kinerja batere bawaan Siemens tidak bagus ๐Ÿ˜ฅ, harus ganti dengan kapasitas yg lebih tinggi.

sim55.gif simc60.gif sim65.gif
Pas awal 2006, alhamdulillah ada rejeki, saya ada niat untuk beli M65 baru tapi ternyata sudah tidak dijual lagi. Yang ada adalah rilisan baru seri M75. Saya beli lah itu dengan harga sekitar Rp 2,1 juta, di ITC Cempaka Mas. Hape ini dirancang untuk tahan banting dan tahan percikan air. Bodinya lebih lebar dari sebelumnya, dengan ketebalan yang sama, jadi kurang enak di genggaman, apalagi masuk ke kantong. Kalo hape model sekarang kan lebih lebar, tapi jauh lebih tipis. Lagi-lagi kinerja baterenya mengecewakan ๐Ÿ˜ฅ, padahal kapasitasnya sama dengan hape keluaran Nokia yg sekitaran 750 mAh. Seingat saya hape ini jarang dibawa kemana-mana, hanya untuk nomor back-up. Nomor utama tetep di M50/M55.

siemens-m75.gif
Sebetulnya di tahun 2005 sudah banyak pemberitaan tentang divisi seluler Siemens bakal diakuisisi oleh produsen elektronika asal Taiwan, BenQ. Dan terlaksana di tahun selanjutnya dan merek Siemens sudah tergantikan menjadi BenQ-Siemens. Dengan adanya demam 3G, saya lihat ada seri S81 yang dijual di sini. Seri M81 yang ditunggu-tunggu ternyata tidak masuk ke pasar Indonesia. S81 saya beli tahun 2007, harganya tidak lebih dari Rp 2,5 juta (agak lupa), termasuk hape 3G yang termurah. Dimensi ketebalan sudah mulai tipis. Fitur: layar warna TFT/thin film transistor 256K, kamera 1,3MP, sudah ada kamera depan kualitas VGA utk videocall. Menurut saya untuk pemakaian sehari-hari oke-oke saja, tidak banyak masalah. Tapi setelah 1 tahun salah satu keypad tidak responsif dan di berita banyak yg mengeluhkan pelayanan service centre Benq, termasuk pula gonjang-ganjing Benq mobile tidak jualan lagi di Indonesia. Walhasil, saya "banting setir" beli hape Motorola Rokr E6 di tahun 2008 dan kiss goodbye untuk Siemens selama-lamanya ๐Ÿ˜€ ๐Ÿ‘‹

benqsiemens-s81.gif benqsiemens-m81.gif


NB:
1. Warisan memegang hape Siemens yg payah baterenya bikin saya aware dengan cara2 menghemat waktu standby: mengurangi brightness, mematikan bluetooth dan location, menutup aplikasi yang tidak terpakai, set flight mode pada waktu2 tertentu dlsb.. ๐Ÿ˜†
2. Sampai sekarang masih setia dengan Motorola. Yang dipake seri Z3 Play ๐Ÿ˜
3. Pengen tahu kalo ada anggota forum yang punya pengalaman dengan hape di era 1980-an dengan teknologi NMT ๐Ÿ˜ƒ
 
Last edited:
Dulu jaman masih mahasiswa di awal tahun 2000-an di Jogja, saya lihat belum banyak orang yang pegang hape/ponsel. Masih ada persaingan antara sistem AMPS dan GSM. Operator AMPS kalo ga salah ada yg namanya Metrosel, nomernya diinjeksi ke unit. Kalo ada masalah dengan unitnya, bisa ditukar unit hapenya. GSM, walaupun dulu sering dibilang Geser Sedikit Mati, lama kelamaan menjadi standar industri. Operatornya Satelindo, Telkomsel dan Excel. Ayah saya punya nomor Simpati, harganya di kisaran Rp 1,5 juta (sekitar 1998/1999). Saya pernah bantu orang beli nomor Simpati di tahun 2000/1 dengan sistem undian--tidak bisa pilih nomor--dan untuk klaim SIM card harus datang langsung sendiri, bawa KTP, SIM card mininya langsung dipasang ke hape (biar ga dijual, mungkin). Harganya Rp 500 ribu. "Kemenangan" GSM pada waktu itu adalah karena adanya fitur SMS/short message service, dan adanya kesepakatan SMS antar operator (sebelumya SMS cuma ada sesama operator).

Perjalanan awal saya mengenal hape ada di akhir tahun 2001, ketika terima lungsuran dari ayah, Siemens M35i, warna biru (harga belinya lupa). Plus dapet nomor baru IM3 Smart (pionir GPRS) yang didapet dari pameran di Malioboro Mall, harganya Rp 150 ribu. Nomornya pun msh inget: 0856-285-9342 (udh mati tp) ๐Ÿ˜ Jadilah saya penggemar fanatik Siemens seri M dan pendukung Indosat (sampai sekarang), serta suka beli majalah/tabloid dan ikut forum perseluleran (ForumPonsel.com?). M35i ini termasuk tahan banting, awet baterai (karena msh monochrome) dan mungil/pas di kantong. Ada game-nya, bisa bikin ringtone yg monophonic, manteplah pokoknya. Pembagian seri hape Siemens tidak ribet: A untuk pemula, C di kelas menengah dan S yang premium. Sedangkan seri M katanya untuk kaum muda dan yg suka beraktivitas outdoor. Tambahan variasi biasanya ada di huruf selanjutnya: X, L, E, F dll.

Cuman ya karena ngikuti gaya hedon, tertarik untuk upgrade. Waktu itu sudah ada ME45 tapi belum sanggup beli. Kebetulan ada temen jual Siemens M50 second warna biru chrome, akhirnya tukar tambah yang waktu itu harganya Rp 900 ribu (akhir 2002). Fiturnya kurang lebih sama dgn M35i, tapi keunggulannya adalah sudah bisa mengakomodir games Java. Keypad-nya enak dan bodinya pas di genggaman/bukan full candy bar. Yang kurang adalah kapasitas batere nya yang rendah ๐Ÿ˜ฅ

Sempet punya dua nomor karena harga SIM card umumnya udh di kisaran Rp 100 ribu, akhirnya tahun 2004 saya beli hape seken Siemens ME45 khusus dijadikan modem dengan SIM card yang punya unlimited GPRS tanpa bayar (dpt dari temen, katanya kartu yg punya bug). Dulu. tidak semua hape dilengkapi dengan kabel data, ME45 itu salah satu dari sedikit yang punya kabel data dan mudah untuk di-setting GPRS mode-nya di komputer. Waktu itu di tahun 2003, Siemens M55 sudah rilis di pasaran, tapi baru bisa beli seken-nya ketika sudah punya kerjaan (mid-2005). Hape dengan layar warna, keypadnya agak artistik, tapi belum ada kamera dan baterenya agak payah ๐Ÿ˜ฅ. Agak nyesel juga belinya, kenapa ga pilih MC60 atau M65 yang sudah punya kamera VGA. Dua model terakhir ini tidak kebeli, karena juga sedang ada niatan nabung. Kalo dilihat dari fisiknya, keypad tiga hape seri M ini agak stylish, seperti membentuk huruf X. Tapi kalo denger cerita dari temen2, memang kinerja batere bawaan Siemens tidak bagus ๐Ÿ˜ฅ, harus ganti dengan kapasitas yg lebih tinggi.

Pas awal 2006, alhamdulillah ada rejeki, saya ada niat untuk beli M65 baru tapi ternyata sudah tidak dijual lagi. Yang ada adalah rilisan baru seri M75. Saya beli lah itu dengan harga sekitar Rp 2,1 juta, di ITC Cempaka Mas. Hape ini dirancang untuk tahan banting dan tahan percikan air. Bodinya lebih lebar dari sebelumnya, dengan ketebalan yang sama, jadi kurang enak di genggaman, apalagi masuk ke kantong. Kalo hape model sekarang kan lebih lebar, tapi jauh lebih tipis. Lagi-lagi kinerja baterenya mengecewakan ๐Ÿ˜ฅ, padahal kapasitasnya sama dengan hape keluaran Nokia yg sekitaran 750 mAh. Seingat saya hape ini jarang dibawa kemana-mana, hanya untuk nomor back-up. Nomor utama tetep di M50/M55.

Sebetulnya di tahun 2005 sudah banyak pemberitaan tentang divisi seluler Siemens bakal diakuisisi oleh produsen elektronika asal Taiwan, BenQ. Dan terlaksana di tahun selanjutnya dan merek Siemens sudah tergantikan menjadi BenQ-Siemens. Dengan adanya demam 3G, saya lihat ada seri S81 yang dijual di sini. Seri M81 yang ditunggu-tunggu ternyata tidak masuk ke pasar Indonesia. S81 saya beli tahun 2007, harganya tidak lebih dari Rp 2,5 juta (agak lupa), termasuk hape 3G yang termurah. Dimensi ketebalan sudah mulai tipis. Fitur: layar warna TFT/thin film transistor 256K, kamera 1,3MP, sudah ada kamera depan kualitas VGA utk videocall. Menurut saya untuk pemakaian sehari-hari oke-oke saja, tidak banyak masalah. Tapi setelah 1 tahun salah satu keypad tidak responsif dan di berita banyak yg mengeluhkan pelayanan service centre Benq, termasuk pula gonjang-ganjing Benq mobile tidak jualan lagi di Indonesia. Walhasil, saya "banting setir" beli hape Motorola Rokr E6 di tahun 2008 dan kiss goodbye untuk Siemens selama-lamanya ๐Ÿ˜€ ๐Ÿ‘‹



NB:
1. Warisan memegang hape Siemens yg payah baterenya bikin saya aware dengan cara2 menghemat waktu standby: mengurangi brightness, mematikan bluetooth dan location, menutup aplikasi yang tidak terpakai, set flight mode pada waktu2 tertentu dlsb.. ๐Ÿ˜†
2. Sampai sekarang masih setia dengan Motorola. Yang dipake seri Z3 Play ๐Ÿ˜
3. Pengen tahu kalo ada anggota forum yang punya pengalaman dengan hape di era 1980-an dengan teknologi NMT ๐Ÿ˜ƒ
Sampai puyeng saya bacanya ;) Panjang dan niat sekali. Divisi per-hapean sepertinya masnya ๐Ÿ˜€
 
Sampai puyeng saya bacanya ;) Panjang dan niat sekali. Divisi per-hapean sepertinya masnya ๐Ÿ˜€
Hahaha... ya maaf mas, sesi curahan hati seperti ini tidak terasa sampe bikin tulisannya panjang-panjang.. padahal giliran disuruh bikin laporan untuk urusan kerjaan, ga bisa sedetil ini hehe... Nah di situ cuman periode 2001-2008 khusus hape GSM, belum CDMA-nya ๐Ÿ˜

Yang kurang dari tulisan saya adalah gambar sebagai pemanis.. coba nanti saya edit sedikit ๐Ÿ˜€
 
Banyak teman2 saya yg bilang hidup org2 dulu enak, berhubung HP bukan hal yg penting, gak perlu terus2an ngecek WhatsApp dan email. Org2 bisa punya lebih byk kegiatan di luar. Jaman sekarang, kalo buat org kerja gak ada alasan gak bisa nerima email dan buka WhatsApp. HP mesti ada terus di tangan, ke wc juga bawa HP. Byk yg sudah gak bisa lepas dari HP nya. Org2 uda pada panikan kalo gak ada signal atau batere HP nya tinggal dikit. Lebih panik lagi kalo tiba2 HP nya gak bisa nyala lagi, alias dead minta diganti HP baru.
 
images.jpg
Hp pertama saya, nokia 1100. Mungil2 gini, sbenarnya hp punya bapak, tp krna sring sya pinjem tuk maen game (space impact) , karena kesel d pinjem trus akhirnya dksi aja ksaya.
Tp pmkaian jatohnya emng kbyakan tuk gamenya, krna kwan2 dlu jg blom bnyk yg punya/pake hp, andalannya masi telp rumah.

Jd pernah total pulsanya sampe 300ribu, saking jarang d pake tuk komunikasi
(Dlu mesti d isi trus saldonya biar no aktif trus, mana paling kcil isi saldonya hnya ada 50rbu)
 
Banyak teman2 saya yg bilang hidup org2 dulu enak, berhubung HP bukan hal yg penting, gak perlu terus2an ngecek WhatsApp dan email. Org2 bisa punya lebih byk kegiatan di luar. Jaman sekarang, kalo buat org kerja gak ada alasan gak bisa nerima email dan buka WhatsApp. HP mesti ada terus di tangan, ke wc juga bawa HP. Byk yg sudah gak bisa lepas dari HP nya. Org2 uda pada panikan kalo gak ada signal atau batere HP nya tinggal dikit. Lebih panik lagi kalo tiba2 HP nya gak bisa nyala lagi, alias dead minta diganti HP baru.
Pandangan yang sangat menarik dan sangat menggelitik, Mas @johonson..(y)
Tanpa terasa kecanggihan teknologi memang telah begitu cepat berkembang.
Rasanya belum lama ketika HP bagi kita hanya sebatas alat komunikasi yang bisa dibawa-bawa, sehingga bisa tetap terhubung...:LOL:.
Kemudian, HP berkembang melampaui hanya sebagai "pengganti" telepon kabel yang ada di rumah dan kantor. Nyaris semua aktifitas -- pekerjaan, hiburan, komunikasi, bersosialisasi, dll -- berada dalam genggaman (baca: HP)....:eek:
Pada gilirannya, nilai-nilai yang sudah menjadi budaya yang mengakar pun rasanya mulai bergeser atau bahkan tercerabut, sehingga sebagian kita mungkin merasa petuah dari orang-orang tua kita dahulu rasanya sudah tidak cocok lagi....:unsure:
Selanjutnya......
 
Hp pertama saya Nokia pisang 8110. Saya nabung dulu buat beli secondnya di tahun 1997, pas saat telkomsel mengeluarkan produk kartu simpati pertama kali.

Saya malahan beli no cantik dulu setelah 3 bulan barulah saya beli hp 8110. Bentuknya yang tipis serta sliding design bahkan tersedia baterai jumbonya

Setelah itu saya berganti beberapa merek, tapi yang paling impresif adalah merek yang gak ada di voting yaitu alcatel , tipe nya one touch pro. Kenapa saya samgat terkesan? Karena signalnya sangat kuat di berbagai lokasi selalu fullbar he he

images (14).jpeg images (15).jpeg
 
Last edited by a moderator:
Lebih panik lagi kalo tiba2 HP nya gak bisa nyala lagi, alias dead minta diganti HP baru.

Mana sekarang harus install aplikasi PeduliLindungi, kalo gak punya, gak bisa masuk gedung kantor/mall dll. :LOL:
 
Back
Top