Eddy Gombloh
Tadinya kirain saya sudah pernah mengulas ttg komedian Eddy Gombloh, eh ternyata belum ya. Jadi dalam rangka mengenang almarhum yg baru saja meninggal dunia tanggal 4 Agustus 2022 yang lalu, saya ulas khusus biografi singkat beliau di sini.
Eddy Gombloh bernama asli Supardi lahir pada 17 Agustus 1941 di Yogyakarta. Setelah lulus SMA, dia sempat kuliah di Universitas Tujuh Belas Agustus tapi tidak tamat pada 1970.
Dalam buku
Apa Siapa Orang Film Indonesia diterangkan, pelawak kesenian tradisional ini mulai terjun ke layar kaca dalam produksi TVRI, dan grup sandiwara di sebuah klub malam. Selanjutnya pemain ketoprak ini bermain dalam film
Aku Hanja Bajangan (1963) sebagai figuran, kemudian film
Pantjaroba (1966) dan
Djembatan Emas (1971).
Masa jaya Eddy Gombloh pada 1970-an. Dia kerap bermain dalam film-film komedi. Wajah lucu dan tumbuh tambunnya punya nilai jual dalam film komedi. Selain film komedi, dia juga pernah bermain dalam film drama anak berjudul
Sam Tidar (1972) bersama Hamid Arif dan Sandi Suwardi.
Eddy Gombloh kerap muncul dalam film-film Benyamin Sueb. Beberapa filmnya antara lain
Biang Kerok (1972),
Benyamin Brengsek (1973),
Biang Kerok Beruntung (1973),
Ratu Amplop (1974),
Tarsan Kota (1974),
Benyamin Koboi (1975),
Benyamin Tukang Ngibul (1975),
Samson Betawi (1975),
Tiga Janggo (1976), dan lain-lain.
Meski Benyamin Sueb selalu jadi pemeran utama, Eddy Gombloh ikut menghidupkan film-film tersebut. Dalam filmnya bersama Bang Ben, dia pernah bermain dengan Ratmi B-29. Dia juga pernah bermain bersama Doris Callebaute dalam
Inem Pelayan Sexy (1976) dan
Inem Nyonya Besar (1977), serta
Gadis Bionik (1982) bersama Eva Arnas.
Selain film-film Benyamin Sueb, Eddy Gombloh juga ikut menghidupkan film-film awal Warkop DKI. Bersama Dono, Kasino, dan Indro, dia beradu akting dalam film
Mana Tahan (1979),
Ge…Er/Gede Rasa (1980), dan
Manusia Enam Juta Dollar (1981). Di tahun 1980-an, film Eddy Gombloh tak sebanyak era 1970-an.
Pada 1990-an, setelah sepi dari dunia film, Eddy Gombloh sempat bermain dalam sinetron
Tahta (1996). Dia kemudian menjalani hari-hari tuanya dengan sederhana di Sleman, Yogyakarta, sampai meninggal dunia pada 4 Agustus 2022.
Dekat dengan tentara
Eddy Gombloh dalam film Samson Betawi. (Youtube Falcon).
Banyak yang mengenal Eddy Gombloh sekadar pelawak yang sering muncul di film dan televisi. Ternyata, dia cukup dekat dengan tentara dan punya peran pada masa awal pemerintahan Orde Baru.
Pada 1989, Eddy Gombloh bersama para artis menghadap Presiden Soeharto di Jakarta. Buku
Presiden RI ke II Jenderal Besar H.M. Soeharto dalam Berita: 1989 menyebut Eddy Gombloh bersama Lilis Suryani dan Bakar Iskandar sebagai bagian dari Yayasan Dharma Artis Indonesia yang isinya artis BKS-Kostrad 1965–1970. BKS-Kostrad singkatan dari Badan Kerjasama Seniman-Komando Tjadangan Strategis Angkatan Darat. Jumlah artis yang bergabung dalam BKS-Kostrad mencapai 1.264 orang.
Majalah terbitan TNI-AD,
Yudhagama tahun 1985 menyebut Yayasan Dharma Artis Indonesia (Artis BKS-Kostrad 1965–1970) telah banyak memberikan sumbangsihnya kepada prajurit ABRI berupa hiburan semasa penumpasan G30S/PKI.
Artis BKS-Kostrad bukan satu-satunya hubungan Eddy Gombloh dengan tentara. Ketika belum lama tiba di Jakarta, dia pernah jadi kondektur bis saat Asian Games 1962. Dia tinggal di mess yang menampung anggota tentara Kodam Diponegoro. Komando teritorial ini membawahkan wilayah Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Eddy Gombloh alias Supardi dimakamkan di TPU Tegal Alur, Kalideres. Masih satu kawasan dengan rumah lamanya di era 1970-an di Kompleks Kodam V–K II/138 Kalideres, Jakarta. Satu lagi bukti kedekatannya dengan tentara.