(Group) Pelawak jadul

Reog BKAK

Pada era 1960-1970-an, institusi polisi memiliki cara tersendiri untuk mendekati masyarakat sebagai langkah mendukung tugas utamanya untuk menjaga keamanan dan menanggulangi kriminalitas. Di antaranya dengan membentuk sebuah grup kesenian bernama Reog Nasional Badan Kesenian Angkatan Kepolisian (Reog BKAK).

Melalui Lawakan
Melalui Reog BKAK, institusi polisi menyebarkan informasi terkait kebijakan pemerintah juga berbagai masalah dalam kehidupan bermasyarakat dalam cara yang jenaka. Pendekatan ini ternyata efektif karena pesan tersampaikan dalam suasana gembira.

Pada eranya, Reog BKAK sangat populer. Kelompok yang dimotori oleh empat polisi aktif ini kerap tampil di TVRI. Mereka adalah Inspektur Satu (Iptu) Dudung Endang yang populer dengan nama Mang Dudung, Iptu Karmudi atau Mang Udi, Ajun Brigadir Polisi tingkat Satu (Abriptu) Suhari atau Mang Hari, dan Brigadir Polisi tingkat Dua (Bripda) R. Soepardiman Hardjosepoetro atau Mang Diman. Uniknya, Mang Diman adalah satu-satunya personil BKAK yg bukan berdarah Sunda melainkan asli kelahiran Yogyakarta.

Aksi banyolan Mang Diman dkk tidak hanya di layar kaca saja. Reog BKAK juga sering naik panggung menjelajah berbagai pelosok tanah air, bahkan sampai ke negeri tetangga, seperti Malaysia dan Singapura.

Kelompok kesenian ini dirintis tahun 1956, antara lain oleh Umar Katab, Moh. Saleh, Barnas Lesmana, Salmun, dan Affandi. Awalnya bernama Reog BKKN, singkatan dari Badan Kesenian Kepolisian Negara. Reog yang dikembangan BKKN berasal dari tatar Sunda, Jawa Barat, tetapi bisa diterima secara nasional.

Saat kita mendengar kata reog, kita biasanya berpikir tentang reog Ponorogo, sebuah kesenian barongan yang dikembangkan di Ponorogo, Jawa Timur. Namun, reog Sunda yang diperkenalkan Reog BKAK secara nasional bukanlah seni barongan.

Reog Sunda merupakan kesenian pertunjukan dengan gaya bodoran (lawakan) dan gerak tari diiringi tetabuhan alat musik tradisional, seperti dogdog atau gendang terbuka, angklung, gendang tertutup, terompet, dan kecrek. Dalam pertunjukan ini biasanya disampaikan dengan pesan-pesan sosial dan keagamaan.

Reog BKAK menggunakan bahasa Indonesia yang kerap bercampur dengan bahasa daerah. Tak hanya bahasa Sunda, tetapi juga bahasa Jawa ataupun bahasa setempat di mana mereka manggung.

Lewat Banyolan
Reog BKAK menyebarkan berbagai informasi lewat guyonan. Berbagai masalah, seperti soal keluarga berencana (KB) sampai keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibnas) disampaikan dengan cara jenaka lewat sindiran dan saling meledek di antara para pemain. Dengan cara ini, masyarakat dengan mudah menyerap informasi yang disampaikan karena terasa ringan.

Tentu saja, membuat penonton tertawa sekaligus menyampaikan pesan bukanlah hal yang mudah. Diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai pesan yang akan disampaikan sekaligus situasi dan kondisi penonton sehingga dapat membuat formulasi banyolan yang pas.

Untuk itu, sebelum tampil, mereka melakukan survei tentang topik dan kondisi penontonnya. Hasilnya dikombinasikan dengan pesan yang ingin disampaikan lewat banyolan. Mereka kemudian menyampaikannya di panggung secara spontan sehingga lelucon muncul tanpa skenario dan terasa apa adanya.

Contoh, Reog BKAK membawa pesan pentingnya warga mengikuti program keluarga berencana (KB). Namun, dalam kehidupan nyata, Mang Dudung memiliki sembilan anak. Jadilah dia bahan olok-olok rekan-rekannya. Mang Dudung berkilah, waktu itu belum ada KB hingga anaknya terlanjur sembilan.

Kepopuleran Reog BKAK membuat kelompok lawak dari Kepolisian ini kerap naik panggung bersama penyanyi dan band papan atas kala itu, seperti band Dara Puspita, penyanyi Lilis Suryani, Elly Kasim, dan Ida Royani.

Pada Agustus 2001, Mang Diman personil BKAK terakhir yg masih hidup, menghembuskan nafas penghabisan di RS Persahabatan akibat penyakit jantung.

Log in or register to view this content!
 
Sersan Prambors

Sersan Prambors
semula adalah sebuah acara di radio Prambors pada tahun 1980an yg dibuat untuk menggantikan acara Warkop Prambors. Acara Serius tapi Santai (Sersan) semula dikomandani oleh Raden Mas Haryo Heroe Syswanto Ns. Soerio Soebagio alias Sys NS dan Mukhlis Gumilang. Pada akhirnya malah berhasil menarik personel acara Bahana Jokes di radio Bahana yang terdiri dari Krisna Purwana, Ferrasta Soebardi (Pepeng), serta Rachmana (Nana Krip).

Setelah siaran selama satu tahun, sebagian anggota Sersan semakin berkibar menjadi pengisi acara off air, sebagai MC maupun pelawak sebagaimana halnya pendahulu mereka Warkop. Tak lama kemudian mereka rekaman kaset bertajuk Serius Santai, dilanjutkan dengan film mereka berjudul Anunya Kamu (1986).

Setelah grup ini bubar, sebagian personilnya merintis karir yg berbeda. Sys NS terjun ke dunia politik dan mendirikan Partai Demokrat. Pepeng belakangan lebih dikenal sebagai pembawa acara kuis Jari-jari di RCTI. Nana Krip, Krisna dan Muklis tetap menjadi pelawak.

Saat ini hanya tinggal Krisna dan Muklis yg tersisa. Pepeng meninggal tahun 2015 setelah berjuang cukup lama melawan penyakitnya. Disusul Sys NS wafat di 2018 akibat serangan jantung. Terakhir Nana Krip menghembuskan nafas terakhir pada 2019 lalu.

Log in or register to view this content!
 
Komeng

Siapa yang nggak kenal komedian Komeng? Nama pria kelahiran Jakarta, 25 September 1969 yang memulai karir sebagai penyiar radio humor SK (yang turut mempopulerkan nama Bagito Group, Ulfa Dwiyanti, dll) mulai melejit sejak ia membawakan acara Spontan yang tayang di SCTV tahun 1995. Kata-kata tagline "Spontan Uhuy !" yang diucapkannya begitu melekat di hati pemirsa. Popularitasnya semakin melambung sejak dia muncul di acara Opera Van Java di Trans 7.
Komeng selama ini dikenal sebagai pelawak yang suka nyablak alias ceplas-ceplos. Meski demikian, ucapan pria bernama asli Alfiansyah Bustami ini selalu mengundang gelak tawa orang di sekelilingnya.
Meski dikenal jail, hingga saat ini, Komeng senantiasa menjadi panutan bagi para artis lain. Pasalnya, selain dikenal sebagai penghibur, selama ini Komeng memang memiliki kepribadian yang baik. Pantas saja jika tak sedikit pelawak yang menganggap Komeng adalah guru.

Menjadi relawan di Lombok

Duka yang menyelimuti warga Lombok rupanya mengetuk hati Komeng untuk menjadi salah satu relawan yang terjun ke lapangan. Melalui akun Instragram pribadinya, Komeng mengunggah video singkat tentang kondisi masyarakat Lombok yang tertimpa musibah. Komeng yang saat itu mengenakan rompi palang merah Indonesia juga menjelaskan keadaan porak poranda di Lombok paska bencana gempa bumi yang terjadi tempo hari. Para warganet yang melihat itu pun tersentuh dengan kebaikan Komeng. Meski dikenal sebagai pria yang jail dan kocak, namun kepedulian Komeng sangat patut dijadikan panutan.

Memutuskan Break dari dunia hiburan demi fokus kuliah

Beberapa tahun terakhir, nama Komeng memang sempat menghilang dari dunia hiburan. Ternyata, tenggelamnya nama Komeng bukan tanpa alasan. Ayah dari si kembar Bagus dan Ganteng ini ternyata tengah sibuk menyelesaikan kuliahnya. Meski usia tak lagi muda, ternyata tak menghalangi niat Komeng untuk menyelesaikan pendidikanSekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Tribuana, Bekasi. Sebelumnya, pria kocak satu ini memang pernah berkuliah di tiga Iniversitas yang berbeda, namun tidak pernah tamat. Namun, di usia yang tak muda lagi, Komeng bertekad untuk menyelesaikan studinya hingga selesai. Niat tersebut pun akhirnya tercapai, Komeng dinyatakan lulus di sidang 17 Maret 2018 lalu.

Nilai skripsi A, Komeng banyak tuai pujian

Diam-diam, ternyata Komeng memiliki prestasi pendidikan yang mengagumkan. Hal itu pertama diketahui oleh cuaitan salah satu wartawan senior, Maman Suherman. Melalui akun Twitter pribadinya, Maman mengucapkan puji syukur karena Komeng dinyatakan lulus dengan nilai A. Menyertai unggahan tersebut, terlihat pula foto Komeng yang mengenakan kemeja warna putih sedang berhadapan dengan pengujinya. Menanggapi postingan tersebut, banyak warganet yang memuji bahkan membanggakan Komeng sebagai panutan.

Komeng pelawak santun di mata komedian lain

Maraknya pelawak pendatang baru di Indonesia juga jadi sorotan bagi Kiwil. Pasalnya, tak sedikit komedian yang ngelawak dengan cara โ€˜ngawurโ€™. Baik bicara langsung di televisi atau cuitan di Twitter. Sebagai senior, Kiwil sempat membandingkan para pendatang baru dengan Komeng. Meski suka asal ceplos, namun Kiwil mengakui jika Komeng merupakan komedian yang sangat santun, apalagi pada yang lebih tua. Selain menjadi rekan sesame pelawak, Kiwil mengakui dengan terang-terangan jika ia banyak belajar, bahkan menganggap dirinya sebagai murid dari Komeng untuk urusan sopan santun.

Tidak pernah merasa tersaingi dengan kemunculan para komedian muda

Banyaknya acara pencarian bakat komedi di tv memang berhasil melahirkan para komedian muda. Meski demikian, Komeng mengaku sama sekali tidak merasa tersaingi. Komen bahkan ikut merasa bergembira dengan kemunculan para bintang komedi baru. Menurut penggemar Benyamin ini, kemunculan para pelawak muda tidak akan mematikan para seniornya. Justru akan membuat variasi lawakan semakin berkembang. Banyaknya komedian yang kreatif justru menjadi tantangan tersendiri bagi para senior.

Log in or register to view this content!
 
Saya ingat dulu ada personel lawak bernama Susy Sunaryo... dia masuk grup lawak mana ya, mas?
 
Doel Kamdi

Soekamdi
atau yg lebih dikenal sebagai Doel Kamdi adalah seorang penyanyi popart Jawa bergaya jenaka yg populer di tahun 1970an. Gayanya dalam bernyanyi yg lucu, konyol dan jenaka mirip seperti Mbah Surip dengan lagu "Tak Gendong"nya. Hal ini tidak terlepas dari profesi awal Doel Kamdi sebagai pelawak. Bersama Benyamin S., dan Edi Gombloh, dia sempat membentuk trio Kambing pada akhir 1960an dan sempat show kemana-mana di Indonesia.

Satu hal yg paling diingat tentang Doel Kamdi adalah kedekatannya dengan keluarga Koeswoyo dan sering dilibatkan dalam album2 Chicha dan Sari Koeswoyo. Beberapa contohnya album Si Paul, dan juga suara anjing dalam lagu Helly yg melegenda itu adalah suara Doel Kamdi.
Bahkan dalam beberapa album Doel Kamdi, juga tercantum nama Bloon Group yg merupakan bentukan Yok Koeswoyo untuk beliau. Hal ini disebabkan karena rasa senasib seperjuangan antara Doel Kamdi dan keluarga Koeswoyo saat sama-sama pertama kali merantau di Jakarta.

Tidak banyak informasi yg bisa saya gali tentang kehidupan beliau di mbah gugel. Tidak jelas apakah beliau masih hidup atau sudah meninggal saat ini.

Log in or register to view this content!
 
Melihat mak Wok di foto yg mas rich beri, pikiran saya langsung terlintas memori jadul saat saya terpingkal2 menonton ulah mak wok yg bawel, ngga mau kalahan dan yg terutama : LATAH :D..

Kalau beliau sedang berurusan dengan Benyamin, Ateng, Iskak, Mansur atau bahkan Adi Bing Slamet saya terus terang saja ngga bisa berhenti tertawa hingga saat ini kalau diingat2...

Adegan yg saya ingat waktu Mak Wok lagi sakit gondok....
Selamat jalan Mak...
 
hiburan nih.. dulu om yang punya kaset2nya, yang pernah tau ada kasetnya surya group, warkop, sersan prambors, jayakarta group kasetnya sendiri udah entah kemana, tinggal warkop aja kadang suka didengerin
 
dulu suka 4 sekawan gara2 setiap siang suka nonton lika liku laki laki di rcti. yang bikin gemes itu biasanya eman si tukang roti, juminten atau anna molen.
 
Masuk thread ini gara-gara "ditodong" Mas @richie200671 di thread sebelah๐Ÿ˜†. Thread ini memang belum pernah saya lihat.
Ternyata sudah banyaaaak sekali bahasan tentang grup lawak jadul.....o_O
Jadi minder, apalagi Mas @richie200671 begitu piawai dan ahli, seperti ensiklopedi berjalan....(y)(y)

Mungkin saya agak sedikit menambahkan tentang grup PSP (Pancaran Sinar Petromak). Grup yang berdiri sekitar tahun 1970-an ini umumnya disebut sebagai grup musik, yang kerap memplesetkan atau memparodikan lagu-lagu top di masa itu, termasuk lagu-lagu asing (antara lain lagu klasik My Bonnie juga termasuk yang "digarap" mereka....๐Ÿ˜). Anggotanya: Ade Anwar, Monos, Omen, Rizali Indrakesuma/Rojali, Dindin, Aditya, Andra Ramadan Muluk, dan James Lapian. Dalam laman id.wikipedia.org, disebutkan bahwa mereka adalah mahasiswa UI, agak berbeda dengan informasi yang sudah lama saya tahu, yaitu mereka adalah mahasiswa IKIP Rawamangun (kebetulan memang kampus IKIP Rawamangun saat itu dekat sekali dengan beberapa kampus UI yang di Rawamangun, kalau tidak salah FHUI dulu di Rawamangun).

Parodi dan humor mereka memang khas mahasiswa yang "agak" kritis, sinis dan segar, serta -- ada yang bilang ... intelek. Tentu berbeda dengan gaya lawakan grup-grup lawak papan atas yang sudah sering tampil (tanpa bermaksud mengatakan bahwa lawakan grup lain tidak intelek...๐Ÿ™‚).
Gaya mereka agak mirip dengan Warkop Prambors yang berasal dari mahasiswa UI.
Saya sendiri baru tahu "keberadaan" mereka saat bocah dulu nonton acara Dwi Windu TVRI, di mana PSP dan Prambors tampil bareng di panggung.

sayangnya begitu mereka merambah ke dunia film, gaya komedi mereka terjebak ke dalam komedi slapstick a la Charlie Chaplin dan The Three Stooges
Memang benar, Mas. Ada sumber yang menyebutkan bahwa sebenarnya "otak" dari Warkop Prambors adalah Nanu, sehingga saat Nanu meninggal, praktis "ruh"-nya hilang.....:unsure: (saya baru tahu bahwa Nanu lebih dulu keluar sebelum wafat).

Sebagai catatan, IKIP Rawamangun (sekarang UNJ) juga menghasilkan kelompok pelawak lain, antara lain Cagur.
 
Masuk thread ini gara-gara "ditodong" Mas @richie200671 di thread sebelah๐Ÿ˜†. Thread ini memang belum pernah saya lihat.
Ternyata sudah banyaaaak sekali bahasan tentang grup lawak jadul.....o_O
Jadi minder, apalagi Mas @richie200671 begitu piawai dan ahli, seperti ensiklopedi berjalan....(y)(y)

Mungkin saya agak sedikit menambahkan tentang grup PSP (Pancaran Sinar Petromak). Grup yang berdiri sekitar tahun 1970-an ini umumnya disebut sebagai grup musik, yang kerap memplesetkan atau memparodikan lagu-lagu top di masa itu, termasuk lagu-lagu asing (antara lain lagu klasik My Bonnie juga termasuk yang "digarap" mereka....๐Ÿ˜). Anggotanya: Ade Anwar, Monos, Omen, Rizali Indrakesuma/Rojali, Dindin, Aditya, Andra Ramadan Muluk, dan James Lapian. Dalam laman id.wikipedia.org, disebutkan bahwa mereka adalah mahasiswa UI, agak berbeda dengan informasi yang sudah lama saya tahu, yaitu mereka adalah mahasiswa IKIP Rawamangun (kebetulan memang kampus IKIP Rawamangun saat itu dekat sekali dengan beberapa kampus UI yang di Rawamangun, kalau tidak salah FHUI dulu di Rawamangun).

Parodi dan humor mereka memang khas mahasiswa yang "agak" kritis, sinis dan segar, serta -- ada yang bilang ... intelek. Tentu berbeda dengan gaya lawakan grup-grup lawak papan atas yang sudah sering tampil (tanpa bermaksud mengatakan bahwa lawakan grup lain tidak intelek...๐Ÿ™‚).
Gaya mereka agak mirip dengan Warkop Prambors yang berasal dari mahasiswa UI.
Saya sendiri baru tahu "keberadaan" mereka saat bocah dulu nonton acara Dwi Windu TVRI, di mana PSP dan Prambors tampil bareng di panggung.


Memang benar, Mas. Ada sumber yang menyebutkan bahwa sebenarnya "otak" dari Warkop Prambors adalah Nanu, sehingga saat Nanu meninggal, praktis "ruh"-nya hilang.....:unsure: (saya baru tahu bahwa Nanu lebih dulu keluar sebelum wafat).

Sebagai catatan, IKIP Rawamangun (sekarang UNJ) juga menghasilkan kelompok pelawak lain, antara lain Cagur.
Naahhh gitu dong mas @Awee jangan merasa ditodong ah, saya bukan tukang todong loh ๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ™๐Ÿ™๐Ÿ™

Ooo jadi sbnnya PSP ini bukan pelawak ya tapi grup musik yg suka plesetin/parodikan lagu2 beken. Tapi karena mereka memang suka manggung bareng Warkop Prambors dulu jadi kesannya mereka itu juga pelawak.

Mungkin kalo sekarang mirip P Project ya yg suka bikin parodi lagu dan ada beberapa lagu original mereka yg hits juga spt Tu Wa Ga Pat dan Dangdut is the music of My Country.
 
Mungkin kalo sekarang mirip P Project ya yg suka bikin parodi lagu dan ada beberapa lagu original mereka yg hits juga spt Tu Wa Ga Pat dan Dangdut is the music of My Country.
Saya sependapat, Mas @richie200671. Terima kasih banyak telah mengingatkan.

Ada yang mengatakan bahwa boleh jadi PSP menjadi semacam pelopor untuk genre semacam itu di masanya, yang kemudian diikuti oleh beberapa grup lain, antara lain P Project (ada yang bilang P Project adalah reinkarnasi dari Padhyangan ...:unsure:). Yang menarik, dua kelompok ini (PSP dan P Project) sama-sama berlatar belakang mahasiswa....

Saya sendiri -- karena masih bocah saat itu -- tidak mendengar semua lagi-lagu PSP, hanya beberapa, namun memang menarik dan terasa cerdas dalam menyampaikan pesan-pesan sosial, tanpa harus merasa tersinggung...๐Ÿ˜.
Meski demikian, rasanya PSP juga menghasilkan lagu karya sendiri, seperti yang saya ingat adalah Fatime atau Fatimah (maaf, jangan dianggap SARA, ya...)

 
Back
Top