Uang saku habis untuk beli buku, bukunya masih banyak, dulu kalau ada kawan datang ke rumah mereka bilang kamar saya seperti perustakaan, dan kenapa mereka kaget? karena tidak ada yg pernah menyangka kamar anak yg notabene bandel di sekolahnya justru penuh dengan buku buku, dan untuk komik porsinya hanya sekitar 30% saja dari total buku saya.
Saya mulai membaca novel di kelas 3 SD, trio detektif dan wiro sableng novelnya, kelas 4 Khoo Ping Ho dan setelah itu semakin mengganas, saya melahap buku novel Ibu saya (marry higgins, agatha christie, tom clancy, john grisham) dan mengembangkan skill membaca cersil ketingkat yg lebih berat seperti saduran Gan KL.
Dahulu kalau liburan semua kawan2 saya sibuk liburan, orang tua saya sibuk kerja, saya tidak bisa liburan, liburan adalah sesuatu yg mahal buat saya waktu itu, akhirnya saya dari pagi hingga sore nongkrong di Gramedia Blok M (baca buku gratis dan suka di suruh sama satpam nya berdiri, andai dia tau orang yg dia kasari pada akhirnya akan membeli buku rutin di gramedia jutaan di setiap bulanya, mungkin dia akan berpikir ulang, yah mungkin) setelah SMP saya nongkrongnya naik tingkat tidak di Gramed lagi, namun di Pasar Jaya Blok M di depan aldiron (saat ini sudah di berganti gedung) di sana sama saya nongkrong dari pagi hingga sore (pagi di antar Ibu saat ke kantor, dan pulang di jemput Ibu saat pulang dari kantor) di pasar blok m itu saya nongkrong dengan pedagang buku di sana saya mendapatkan ilmu buku2 cersil baik pengarang, sisilah judul2nya dan mana yg bagus menurut dia.
Nah begitulah bagaimana uang saku saya habis selama SD sampai SMP