Nah, "pancingan" dari Mas
@c3rb3rus sangat menarik...
Sejujurnya, cita-cita saya dari kecil sampai menjelang kuliah nggak pernah jelas....
Waktu bocah, maunya jadi
Tentara (maklum, "
anak kolong" ....
), dan ini adalah salah satu profesi yang pada masa itu terkesan keren...
.
Ini konsisten sampai SMP. Apalagi sempat ikut Pramuka di SMP (jelek-jelek, gini, sempat punya 15 TKK lho....
,
.... just kidding...
), yang sedikit banyak ada kemiripan dengan militer.
Nah, pas SMA, semuanya berantakan, jadi nggak jelas....
Sempat pingin jadi
Arkeolog, seperti Mas
@wong tegal. Nggak tahunya lihat kerabat yang pintar masuk Arkeologi UI, nggak tahan dan keluar, jadi ciut sendiri....
Sempat pingin jadi
Ahli Matematika, gara-gara kakak masuk Fisika dan kayanya menarik. Tapi karena nilai Fisika pas-pasan, milihnya Matematika. Apalagi guru BP (Bimbingan dan Penyuluhan) pernah menjelaskan -- kurang lebih kalimatnya -- bahwa "...
jika kamu suka berada sendiri di sebuah ruangan dibatasi empat dinding, maka kamu lebih cocok masuk FMIPA...", nah, saya rasanya cocok dengan itu....
Nyatanya..... nggak jadi juga....
Sempat pingin jadi
Ahli Politik (nggak niat jadi politisi, sih....
) masuk FISIP, karena orang tua menilai saya ada bakat masuk FISIP. Ternyata nggak jadi juga....
Sempat juga pingin jadi
Ahli Bahasa, karena kayanya senang melihat orang bicara bahasa asing. Nggak jadi, gara-gara teman bilang, masa depannya bakal susah (
Madesu, katanya....
)
Kemudian sempat tertarik untuk jadi
Ahli Astronomi, karena tertarik ilmu perbintangan. Nggak jadi, karena nggak lulus masuk Astronomi ITB...
Sempat juga tertarik pada bidang pemetaan. Namun juga nggak jadi....
Sementara itu, cita-cita jadi
Tentara sendiri tidak padam. Namun sadar diri, gigi saya rusak sejak SD, jadi hampir pasti nggak bakal lulus....
Akhirnya, meski waktu SMA masuk jurusan A1-Fisika Matematika (waktu itu jurusan yang ada A1-Fisika Matematika, A2-Biologi Kimia, A3-ekonomi dan A4-Bahasa), pada akhirnya lulus dari jurusan sosial juga....
Ada satu hal menarik, seorang teman pernah berkata bahwa ada beberapa profesi yang disebut teman saya itu sebagai profesi "
Dinasti", yaitu profesi yang dipilih secara turun temurun dalam satu keluarga. Jika ayahnya berprofesi demikian, maka anaknya, bahkan sampai ke cucunya akan juga memilih profesi tersebut. Disebutkan antara lain, profesi dokter, pengacara atau ahli hukum, insinyur, dan sekarang tentara. Kenyataannya, memang kerabat yang dokter, anaknya, bahkan cucunya juga menjadi dokter. Juga untuk pengacara atau ahli hukum, biasanya jadi profesi turunan. Kalau tentara, gejala ini kelihatannya baru dalam tiga dekade terakhir. Karena katanya,
anak-anak kolong jaman dulu nggak tertarik jadi tentara (meski gayanya petantang petenteng ....
).
Rasanya, memang cita-cita kita tidak jarang terpengaruh oleh orang tua, atau bagaimana kita memandang orang tua....