Terlezat versi ZD

Ternyata sedikit sekali pengetahuan saya soal makanan2 di pulau jawa, terakhir ke jogja sekitar 2 tahun yg lalu dan belum explor lagi menu2 kuliner jadul.
Bicara soal kuliner jadul di jogja, banyak yang menjadi terkenal karena "iklan" dari mulut-kemulut para mahasiswa yang kuliah di jogja. Mereka yang telah lulus kuliah dan kembali ke kota mereka, bercerita tentang makanan kesukaan mereka saat kuliah ke teaman dan saudara.

Berbeda dengan mahasiswa jaman sekarang yang suka makan di tempat yang viral, atau karena tempatnya unik dan "instagramable"... mahasiswa jaman dahulu kebanyakan yang dicari adalah tempat makan yang murah, sederhana dan enak. Walaupun setelah menjadi terkenal kebanyakan tidak bisa lagi disebut murah (berdasaran standar harga jogja) 😁 .

Berapa tempat makan Jadul yang sudah terkenal sejak lama di jogja adalah:

1. Nasi Teri Pojok Gejayan.

Sesuai dengan namanya, nasi campur teri Gejayan ini berada di jalan Gejayan. Warung hanya memiliki papan nama kecil di ujung gang. Sehingga mungkin agak sulit untuk menemukannya. Dahulu mereka berjualan sore didalam gang, dan keluar membuka tenda di pinggir jalan Gejayan sekitar jam 10 malam, namun saat ini mereka hanya berjualan didalam gang, dirumah mereka. warung ini buka mulai jam 17.00 sampai malam.

Makanan yang disajikan disini adalah makanan rumahan, dan yang jadi favorit adalah sambal teri yang asin, gurih, dan pedas beserta segala pendampingnya. Penjualnya, Pak Dul sudah berjualan sejak tahun 1970-an. Kini usaha tersebut dilanjutkan oleh menantunya Pak Subagiyo.

Nasi campur teri Gejayan bisa dinikmati dengan harga yang ramah kantong yakni mulai dari Rp.10rb an saja. Anda juga bisa menikmati pilihan sayur lauk pauk lainnya seperti sayur nangka muda, ayam, telur, tempe, tahu, bakwan jagung, dan lain-lain. Warung ini masih memertahankan cita rasanya dengan memasak semua menu secara tradisional menggunakan tungku.

Log in or register to view this content!

2. Warung Sego Empal Mbok Wig.
Warung makan Mbok Wignyo atau yang lebih populer dengan sebutan Warung Mbok Wig terletak di sebuah tempat yang cukup "njelimet." berada didalam gang kecil yang tidak bisa dimasuki mobil, anda harus berjalan kaki atau naik sepeda motor untuk datang ke warung ini. Walaupun begitu warung makan ini selalu ramai dikunjungi terutama saat makan siang. Pelajar, mahasiswa, dan pegawai kantoran adalah pelanggan tetap warung ini.
Menunya sederhana dan sangat dekat dengan cita rasa masakan rumahan. Daging empal yang empuk dan manis menjadi andalan warung yang berusia lebih dari seperempat abad ini. Harganya pun tidak menguras kantong. Satu porsi nasi empal, sayur, tempe mendoan dua buah, dan es jeruk cukup dibayar dengan Rp. 20 ribuan saja. Harga dapat bervariasi tergantung pilihan lauk.

Anda dapat memilih lauk sesuai dengan menu makanan yang sudah disediakan antara lain: daging empal, tempe mendoan, sup, telur goreng, ayam goreng, oseng-oseng, sayur lodeh, dan sambal. Minuman yang disediakan adalah es teh dan es jeruk. Namun apabila Anda ingin berhemat, ada air putih dan teh tawar yang disediakan gratis. Minuman gratis ini disajikan dalam dua ceret yang berbeda dan diletakkan di sebuah meja lengkap dengan gelas-gelas kosong.

Menu yang disajikan tidak pernah berubah, tapi inilah yang membuat para pengunjung merasa kangen untuk datang kembali ke Warung Mbok Wig. Anda dapat menikmati hidangan dari Warung Mbok Wig sembari duduk di kursi dengan meja makan yang besar seperti warung makan pada umumnya. Tidak ada tempat parkir khusus di Warung Mbok Wig, namun Anda dapat memarkir sepeda motor atau mobil di sekitar Warung Mbok Wig dan pastikan kendaraan Anda terkunci dengan baik.

Log in or register to view this content!


3. Kopi Joss Lik Man.
Kopi joss lik man ini Salah satu jujugan mahasiswa kalau mencari makanan angkringan murah dan enak.
Saat ini angkringan ini dikelola oleh Pak Kobar, generasi ke dua pemilik angkringan Lik Man, pelopor Kopi Joss pertama di Jogja. Pertama kali berdiri di sebelah utara stasiun Tugu sejak tahun 1980. Tapi karena adanya tata kota dipindahkan ke Slasar Malioboro dan membuka cabang di Pasar Kranggan. Nama kopi joss berasal dari bunyi bara api yang dimasukan kedalam gelas kopi.

"Kopi joss itu kopi item pake susu bisa, bedanya cuma dikasih bara api. Nama jos itu berasal dari bunyi areng panas dimasukin kedalam air kopi. Panas mengenai air jadi bunyi joss gitu" kata Pak Kobar dikutip dari youtube Our Grandfather Story.

Menurut Lik Man, pemilik kopi jos pertama "Arang dalam kopi jos ini bisa menghilangkan kembung, dan bikin sehat," Lik Man menggunakan arang khusus dari kayu sambi asal Imogiri.
Sejarahnya pertama kali, pada tahun 1980-an ada seorang masinis yang meminta dibuatkan kopi klotok kepada Pak Kobar, kopi klotok biasanya direbus langsung menggunakan kaleng kemudian secara tidak sengaja pak Kobar menambahkan arang panas. Tidak disangka kopi itu disukai banyak orang hingga sekarang.
Selain kopi, tersedia berbagai menu angkringan lainnya mulai dari sate-satean, nasi kucing dengan isian lengkap seperti ikan teri, orek tempe, ikan tongkol dan berbagai minuman selain kopi joss. Porsinya makanannya cukup kecil seperti ciri khas angkaringan pada umumnya. Harganya terjangkau tidak akan menguras dompet kalian.

Log in or register to view this content!

4. SGPC (Sego Pecel) Bu Wiryo.
Seperti yang terpampang besar di depan rumah makannya, Sego Pecel Bu Wiryo atau yang sering disingkat SGPC ini telah menyuapi orang-orang di kawasan UGM dan sekitarnya sejak tahun 1959. Tahun berjalan dan zaman pun berganti, kini SGPC Bu Wiryo tak hanya melayani civitas akademika UGM namun juga setiap pejalan yang mampir ke Jogja, begitu pula para alumni yang rindu masa lalunya sehingga menjadikan rumah makan ini salah satu tempat klangenan.
Berbicara tentang sejarah SGPC Bu Wiryo, seperti telah disebutkan di atas bahwa SGPC Bu Wiryo didirikan pada tahun 1959, oleh pasangan suami istri Dario dan Suyati yang memiliki nama keluarga Wiryosoenarto. Pada saat didirikan warung ini berlokasi di sebelah timur KPTU UGM. Pada tahun 1994 lokasi warung ini bergeser ke Jalan Agro CT VIII, Sleman, sebelah utara Selokan Mataram.

Menu andalan dari warung ini adalah sego pecel, nasi sop, es sari (tomat) dan berbagai makanan penunjang lainnya.
SGPC Bu Wiryo masih mempertahankan bangunan sederhana, meja dan bangku panjang yang terbuat dari kayu berjejer memenuhi bagian dalam warung ini, semakin memberikan kesan kuat bahwa SGPC Bu Wiryo bersahaja dan tetap konsisten mewarisi budaya tradisional. Selain itu ada pula grup musik yang siap menghibur anda apabila singgah ke warung ini dengan memainkan lagu-lagu pop dan lagu daerah.

Log in or register to view this content!

5. Es buah dan Bakso PK
Es Buah PK didirikan pada tahun 1973 oleh seorang pengusaha kuliner bernama Karman atau biasa disebut Pak Karman.
Dengan konsep sederhana, yakni menyajikan es buah segar dengan kuah susu kental manis dan sirup khas, kedai ini sukses mencuri perhatian masyarakat.

Dari awalnya hanya sebuah gerobak kecil di kawasan Jalan Pakuningratan, kini Es Buah PK berkembang menjadi ikon kuliner yang selalu ramai dikunjungi.
Salah satu keunikan dari Es Buah PK adalah penggunaan bahan-bahan alami dan segar yang selalu dijaga kualitasnya.
Dalam satu mangkuk, pelanggan bisa menikmati potongan buah segar seperti nangka, alpukat, kelapa muda, sawo, dan kelengkeng yang berpadu dengan es serut serta susu manis.
es buah disini menyajikan 2 pilihan rasa, coklat atau jeruk.

Resep turun-temurun yang digunakan sejak awal berdiri membuat cita rasanya tetap autentik hingga kini.
Meski telah eksis selama lebih dari 50 tahun, Es Buah PK tetap mempertahankan harga yang terjangkau bagi semua kalangan.
Lokasi Es buah PK berada di Jl Pakuningratan No.76 A, Cokrodiningratan, Jetis, Kota Jogja.


Log in or register to view this content!


6. Ayam Geprek pertama di Indonesia, Bu Rum
Sejarah kuliner ayam geprek tak bisa dilepaskan dari sosok Bu Rum.Pemilik warung Ayam Geprek Bu Rum ini yang pertama kali mempopulerkannya sejak 2003 atau hampir dua dekade.Kini, warung Ayam Geprek Bu Rum di Jalan Wulung, Papringan, Caturtunggal, Depok, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, masih tetap ramai pembeli.

Ayam geprek termasuk kuliner yang baru dalam khazanah makanan Indonesia.Sebelum 2017, istilah ayam geprek masih asing di telinga mayoritas masyarakat Indonesia. Namun beda cerita jika bertanya ayam geprek ke orang Yogyakarta khususnya mahasiswa pada era tersebut.Dari Kota Pelajar Yogyakarta ayam geprek lahir. Ayam geprek tak lepas dari pembuat pertama makanan ini.Ia adalah Ruminah (62) pendiri WarungAyam Geprek Bu Rum di Sleman, Yogyakarta. Saya buat ayam geprek pertama tahun 2003. Sebelumnya saya jualan lotek, soto, dan lain," ujar Ruminah dikutip dari Kompas.com.Ruminah mengatakan, awalnya dia mencoba-coba semua menu kuliner warungnya, termasuk ayam goreng."Namanya juga penjual makanan, saya iseng jualan ayam kentucky (goreng tepung) juga," cerita Ruminah.Lantas dari ayam goreng tepung ini, munculah ayam geprek.

Sumber: www.kompas.com
Log in or register to view this content!
 
"Kopi joss itu kopi item pake susu bisa, bedanya cuma dikasih bara api. Nama jos itu berasal dari bunyi areng panas dimasukin kedalam air kopi.
Menarik koh @kupo, baru tahu saya, agak mirip konsepnya dg es krim Filipina yg pakai activated charcoal

charcoal1.JPG images (9).jpg
 
SGPC (Sego Pecel) Bu Wiryo.
Eh... sgpc masih eksis, ya, beberapa kali saya pernah merasakan nikmatnya sgpc ini. :)
Sekitar 20 tahun yl saya pernah 6 tahun tinggal di Jogja. Kost di Samirono Baru dekat Wisma Immanuel.
Tempat2 makan yang sering saya kunjungi yang masih saya ingat selain sgpc adalah:
- Warung Marhaen.
Warung ini punya semboyan, lho... Dalam Jangkauan Kantong Rakyat. Warung ini berada di jalan Iromejan. Mas Marhaen... itu panggilan akrab para pembeli buat si pemilik warung ini.
- Ayam goreng Ninit.
Saya lupa letak warung ini... seingat saya kalau ke sana lewat Mirota Kampus di jalan C. Simanjuntak. Ada juga cabangnya di sebuah gang di Malioboro.
Keunikan warung makan ini adalah si pembeli diberi satu bakul kecil nasi. Nasi ini boleh dihabiskan boleh juga tidak.
Kalo sekarang masih seperti itu gak, ya? :unsure:
- Gudeg Tugu
Warung lesehan ini buka malam hari. Terletak di sebelah kiri Tugu kalau dari arah timur. Kalau gak salah ingat di sepanjang trotoar toko kacamata Lili Kasoem.
- Soto Sawah.
Kalau ini letaknya agak jauh... seingat saya melewati Universitas Janabadra terus lurus lalu belok kiri.
Saya tidak tahu apakah warung-warung itu sekarang masih ada atau tidak. Sudah lebih dari 20 tahun saya tidak ke Jogja.

Maaf OOT, ya... waktu di Malioboro saya pernah melihat sekelompok lansia sedang berkumpul dan berkegiatan. Di bagian belakang kaos seragam mereka tertulis Hash House Harriers Jogjakarta. Apakah klub ini sekarang masih ada, koh @kupo?
 
Eh... sgpc masih eksis, ya, beberapa kali saya pernah merasakan nikmatnya sgpc ini. :)
Sekitar 20 tahun yl saya pernah 6 tahun tinggal di Jogja. Kost di Samirono Baru dekat Wisma Immanuel.
Tempat2 makan yang sering saya kunjungi yang masih saya ingat selain sgpc adalah:
- Warung Marhaen.
Warung ini punya semboyan, lho... Dalam Jangkauan Kantong Rakyat. Warung ini berada di jalan Iromejan. Mas Marhaen... itu panggilan akrab para pembeli buat si pemilik warung ini.
- Ayam goreng Ninit.
Saya lupa letak warung ini... seingat saya kalau ke sana lewat Mirota Kampus di jalan C. Simanjuntak. Ada juga cabangnya di sebuah gang di Malioboro.
Keunikan warung makan ini adalah si pembeli diberi satu bakul kecil nasi. Nasi ini boleh dihabiskan boleh juga tidak.
Kalo sekarang masih seperti itu gak, ya? :unsure:
- Gudeg Tugu
Warung lesehan ini buka malam hari. Terletak di sebelah kiri Tugu kalau dari arah timur. Kalau gak salah ingat di sepanjang trotoar toko kacamata Lili Kasoem.
- Soto Sawah.
Kalau ini letaknya agak jauh... seingat saya melewati Universitas Janabadra terus lurus lalu belok kiri.
Saya tidak tahu apakah warung-warung itu sekarang masih ada atau tidak. Sudah lebih dari 20 tahun saya tidak ke Jogja.

Maaf OOT, ya... waktu di Malioboro saya pernah melihat sekelompok lansia sedang berkumpul dan berkegiatan. Di bagian belakang kaos seragam mereka tertulis Hash House Harriers Jogjakarta. Apakah klub ini sekarang masih ada, koh @kupo?
wah, itu yg disebutkan memang langganan mahasiswa.. 😁
warung marhaen, di jalan iromejan, murah dan enak terutamama ayam goreng tulang lunaknya, ngangeni. sayangnya sekarang sudah tutup, dengar dengar tanahnya dijual jadi warungnya ga buka lagi.

Ayam goreng ninit masih ada, sekarang lokasinya di utara rs sarjito, dekat pasca sarjana ugm, menurut saya rasanya masih mirip sayangnya nasi bakulannya sudah ga ada, sekarang dikasih seporsi pakai piring biasa.

Gudeg tugu ini juga langganan saya dulu waktu masih kuliah, dan sering makan bareng rame rame bareng teman sehabis acara gereja. kayaknya sekarang sudah ga ada.

soto sawah masih ada, tempatnya masih sama, hanya bangunannya sudah direbovasi jadi lebih bagus.

hash house harrier kayaknya masih ada, cuma saya memang sudah ga pernah ketemu rombongan mereka, mungkin sekarang kalau ada acara. mereka lebih sering dipinggiran seperti di kaliurang
 
Back
Top