Ada satu kisah favoritku. Menceritakan seorang raja yg bertanya bagaimana rasa cinta putri2nya kepadanya.
Putri pertama menggambarkan rasa cinta ke ayahnya bagai emas permata
Sementara putri ke tiga menggambarkan rasa cintanya bagai garam
Sang raja pun murka, mengusir putri ke 3 nya ke hutan
Selang beberapa tahun sang raja ke hutan dan tersesat, sang raja menemukan pondok. Muncul lah seorang gadis, gadis itu kasian kepada raja itu karena kelaparan.
Akhirnya sang gadis membuat kan makanan. Ketika di makan sang raja bertanya, kenapa rasanya hambar. Ternyata gadis itu anak sang raja yang di usir. Dia sengaja tdk memberi garam karena tau sang raja membenci garam. Sang raja pun menangis krn akhirnya bertemu kmbali dgn anaknya.
Ada yg tau judulnya apa?
Rasanya kisah ini memang cukup dikenal, Mbak
@Miyu. Kalau tidak salah juga pernah dimuat di salah satu majalah anak-anak (mungkin Bobo?? Karena seingat saya, saya pernah membacanya..
).
Hanya saja kisah ini kelihatannya semacam kisah rakyat yang rasanya agak kabur asal-usulnya (ada yang menyebut bahwa kisah ini sudah berusia ribuan tahun.....
), bahkan memiliki variasi plot yang beragam.
Antara lain:
Penggambaran cinta putri sulung kepada raja beragam, mulai dari emas, perhiasan, mata, jubah sutra perak, hingga cinta setinggi gunung.
Penggambaran cinta putri tengah kepada raja juga beragam, mulai dari mutiara dan intan permata, anggur terbaik, tangan, burung emas, hingga cinta setinggi bintang.
Sedangkan untuk penggambaran cinta putri bungsu, semuanya seragam, membawa garam.
Untuk nama-nama putri, pada umumnya beberapa variasi cerita tersebut tidak menyebutkan nama (putri pertama, kedua dan bungsu), namun setidaknya ada dua versi nama yang sempat saya temukan, ada yang menyebut nama
Selasih-Cempaka-Sekar Arum dan ada yang menyebut nama
Ayu Permata-Ayu Intan-Ayu Mutiara.
Ending saat raja menyadari pentingnya garam pun beragam, ada yang menyebutkan saat raja tersesat di hutan (seperti yang Mbak
@Miyu sampaikan) namun ada juga yang menyebutkan saat raja mengadakan pesta pernikahan putri tertua di istana.
Benang merahnya sama, seorang raja memiliki tiga putri, ketiga putri menggambarkan bentuk kecintaan tertinggi kepada raja tersebut, dan putri bungsu menyebut garam. Selebihnya, agaknya merupakan pengembangan di sana sini yang disampaikan oleh penutur kisah ini di masa lalu, yang kemudian dituangkan dalam tulisan. Dengan kesimpulan akhir, menggambarkan pentingnya garam dalam kehidupan manusia.
Sementara untuk judulnya, saya belum menemukannya, Mbak....
Cerita2 tentang raja punya anak tiga. Endingnya kalau nggak si sulung pasti si bungsu yg menjadi pemenangnya/heronya.
Derita si anak tengah.
Pandangan Mas
@Daffa betul-betul dalam maknanya.....