- Joined
- Sep 23, 2013
- Messages
- 1,317
- Gender
- Male
Maaf, jika ini OOT, ya.
Buat kalian yang menyukai karya sastra anak negeri berkualitas, ini ada novel yang baru saja diganjar dengan penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2018, salah satu penghargaan sastra bergengsi di negeri ini. Sebuah novel karya Azhari Aiyub setebal hampir 1000 halaman ini berjudul:
Berikut ringkasan cerita yang dikutip dari artikel di harian Ko*pas 2 Feb 2019
Kisah ini berangkat dari dunia rekaan di abad ke-16, kemudian sempat melompat hingga awal abad ke-21, ketika seorang peneliti dari Belanda, Tobias Fuller, melacak catatan demi catatan perihal sebuah kitab Kura-kura Berjanggut.
Kisah panjang Azhari digerakkan sebuah motif pembunuhan Sultan Nurruddin dari Bandar Lamuri oleh Si Ujud. Si Ujud sendiri adalah seorang sengkilat, mata-mata yang ditempatkan Sultan Nurruddin di salah satu menara demi mengamati pergerakan kapal pedagang rempah dan perompak yang menguasai lautan. Jauh sebelum menjadi sengkilat, Si Ujud adalah seorang penjelajah hingga kawasan Timur Tengah dan Istanbul untuk belajar. Dalam pengembaraan itulah, ia menerima kabar bahwa keluarga dan semua penduduk di tempat tinggalnya dibasmi kaki tangan Sultan Nurruddin. Dendam ini kemudian membawanya kembali ke Bandar Lamuri, dan memaksanya merangsek ke barisan kepercayaan Sultan Nurruddin.
Satu motif ini kemudian oleh si pengarang cerita ditimpa dengan beragam kisah dan plot sempalan yang sama-sama kuat. Azhari Aiyub si pengarang cerita ini menyentil pergolakan politik di Istana Darud Dunya, para pedagang rempah, serta komplotan bajak laut yang trengginas dan ganas. Kisah-kisah pendukung Si Ujud ini membuat bangunan kisah dalam novel menjadi komplet dan menawan.
Kisah Si Ujud selesai di bagian satu, Buku Si Ujud memakan dua pertiga keseluruhan halaman novel.
Sultan Nurruddin berhasil ditewaskan dan dendam Si Ujud terbayar lunas. Tiga abad kemudian, seorang peneliti dari Belanda, Tobias Fuller, melakukan penelitian perihal beberapa kematian orang Belanda yang tak tercatat pemerintahan Hindia Belanda. Penelitian ini kemudian menyingkap betapa ajaibnya kitab penuh misteri bernama Kura-kura Berjanggut, yang dipercaya memiliki andil dalam kematian Sultan Nurruddin di bagian satu. Buku catatan ini dimulai pada 3 Mei 1914 dan ditutup dengan penuh misteri pada pada 1 Oktober 1915.
Adapun di bagian tiga, Lubang Cacing, adalah bagian yang sebenarnya tidak menjadi bagian pokok cerita si Ujud, tetapi memiliki kedudukan untuk menjelaskan beberapa bagian pada dua bagian sebelumnya sehingga catatan-catatan pelengkap ini penting untuk menutup lubang yang belum sempat ditutupi di bagian satu dan dua.
Di artikel ini si pengarang cerita dipuji karena berhasil membuat pembacanya turut membayangkan Bandar Lamuri dan Istana Darud Dunya, seolah semua dongeng ini adalah fakta, selain itu pengarang cerita ini dipuji karena berhasil membuat pembacanya betah membuka hampir 1000 halaman karena kerapian berkisahnya, jalinan cerita menegangkan, dan misteri yang tak bosan untuk diikuti.
Buat kalian yang menyukai karya sastra anak negeri berkualitas, ini ada novel yang baru saja diganjar dengan penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa 2018, salah satu penghargaan sastra bergengsi di negeri ini. Sebuah novel karya Azhari Aiyub setebal hampir 1000 halaman ini berjudul:
Log in or register to view this content!
Kisah ini berangkat dari dunia rekaan di abad ke-16, kemudian sempat melompat hingga awal abad ke-21, ketika seorang peneliti dari Belanda, Tobias Fuller, melacak catatan demi catatan perihal sebuah kitab Kura-kura Berjanggut.
Kisah panjang Azhari digerakkan sebuah motif pembunuhan Sultan Nurruddin dari Bandar Lamuri oleh Si Ujud. Si Ujud sendiri adalah seorang sengkilat, mata-mata yang ditempatkan Sultan Nurruddin di salah satu menara demi mengamati pergerakan kapal pedagang rempah dan perompak yang menguasai lautan. Jauh sebelum menjadi sengkilat, Si Ujud adalah seorang penjelajah hingga kawasan Timur Tengah dan Istanbul untuk belajar. Dalam pengembaraan itulah, ia menerima kabar bahwa keluarga dan semua penduduk di tempat tinggalnya dibasmi kaki tangan Sultan Nurruddin. Dendam ini kemudian membawanya kembali ke Bandar Lamuri, dan memaksanya merangsek ke barisan kepercayaan Sultan Nurruddin.
Satu motif ini kemudian oleh si pengarang cerita ditimpa dengan beragam kisah dan plot sempalan yang sama-sama kuat. Azhari Aiyub si pengarang cerita ini menyentil pergolakan politik di Istana Darud Dunya, para pedagang rempah, serta komplotan bajak laut yang trengginas dan ganas. Kisah-kisah pendukung Si Ujud ini membuat bangunan kisah dalam novel menjadi komplet dan menawan.
Kisah Si Ujud selesai di bagian satu, Buku Si Ujud memakan dua pertiga keseluruhan halaman novel.
Sultan Nurruddin berhasil ditewaskan dan dendam Si Ujud terbayar lunas. Tiga abad kemudian, seorang peneliti dari Belanda, Tobias Fuller, melakukan penelitian perihal beberapa kematian orang Belanda yang tak tercatat pemerintahan Hindia Belanda. Penelitian ini kemudian menyingkap betapa ajaibnya kitab penuh misteri bernama Kura-kura Berjanggut, yang dipercaya memiliki andil dalam kematian Sultan Nurruddin di bagian satu. Buku catatan ini dimulai pada 3 Mei 1914 dan ditutup dengan penuh misteri pada pada 1 Oktober 1915.
Adapun di bagian tiga, Lubang Cacing, adalah bagian yang sebenarnya tidak menjadi bagian pokok cerita si Ujud, tetapi memiliki kedudukan untuk menjelaskan beberapa bagian pada dua bagian sebelumnya sehingga catatan-catatan pelengkap ini penting untuk menutup lubang yang belum sempat ditutupi di bagian satu dan dua.
Di artikel ini si pengarang cerita dipuji karena berhasil membuat pembacanya turut membayangkan Bandar Lamuri dan Istana Darud Dunya, seolah semua dongeng ini adalah fakta, selain itu pengarang cerita ini dipuji karena berhasil membuat pembacanya betah membuka hampir 1000 halaman karena kerapian berkisahnya, jalinan cerita menegangkan, dan misteri yang tak bosan untuk diikuti.