Novel Lima Sekawan Enid Blyton Bahasa Indonesia Vs Bahasa Inggris

ayuratna88

Nostalgic
Joined
Jul 8, 2018
Messages
226
Gender
Female
Pertama kali saya mengenal novel-novel enid blyton adalah sewaktu SD. Novel-novel itu langsung menjadi favorit saya. Tapi setelah SMP dan SMA sedikit demi sedikit saya mulai lupa dan tidak pernah membacanya lagi. Sekitar 7 tahun lalu saya mendapat link download novel-novel lima sekawan versi bahasa inggris,dan jumlahnya banyak sekali. Saya betul-betul senang dan bersemangat. Tapi anehnya, ketika saya baca hasil downloadan itu ntah kenapa ceritanya tidak terasa menarik lagi. Terutamanya adalah karena saya merasa bahasa yg digunakan anak-anak itu terkesan kasar dan sombong. Saya jadi bertanya-tanya kenapa dulu saya tidak sadar dan suka sekali dengan novel2 enid blyton. Sejak itu novel2 itu saya tinggalkan.

Beberapa minggu yg lalu senang sekali saya berkenalan dengan zonajadoel dan saya iseng2 coba download lima sekawan versi bahasa indonesia dan membacanya. tujuannya sih cuma untuk nostalgia. Tapi yg gak saya sangka2 adalah novel2 berbahasa indonesia ini memiliki nuansa menyenangkan yg sama dengan novel2 lima sekawan yg saya kenal waktu kecil. saya tidak menyangka kalau faktor bahasa asli dan terjemahan itu bisa begitu besar pengaruhnya.

Apa ada teman2 yg juga merasa begitu?
 
Terutamanya adalah karena saya merasa bahasa yg digunakan anak-anak itu terkesan kasar dan sombong
bahkan bukunya sempat dilarang beredar mba.
Log in or register to view this content!
Tapi yg gak saya sangka2 adalah novel2 berbahasa indonesia ini memiliki nuansa menyenangkan yg sama dengan novel2 lima sekawan yg saya kenal waktu kecil. saya tidak menyangka kalau faktor bahasa asli dan terjemahan itu bisa begitu besar pengaruhnya.
silakan baca-baca Tribute Penerjemah di sub-forum serba-serbi, mungkin mba @ayuratna88 bisa ikut berkomentar...
 
Pertama kali saya mengenal novel-novel enid blyton adalah sewaktu SD. Novel-novel itu langsung menjadi favorit saya. Tapi setelah SMP dan SMA sedikit demi sedikit saya mulai lupa dan tidak pernah membacanya lagi. Sekitar 7 tahun lalu saya mendapat link download novel-novel lima sekawan versi bahasa inggris,dan jumlahnya banyak sekali. Saya betul-betul senang dan bersemangat. Tapi anehnya, ketika saya baca hasil downloadan itu ntah kenapa ceritanya tidak terasa menarik lagi. Terutamanya adalah karena saya merasa bahasa yg digunakan anak-anak itu terkesan kasar dan sombong. Saya jadi bertanya-tanya kenapa dulu saya tidak sadar dan suka sekali dengan novel2 enid blyton. Sejak itu novel2 itu saya tinggalkan.

Beberapa minggu yg lalu senang sekali saya berkenalan dengan zonajadoel dan saya iseng2 coba download lima sekawan versi bahasa indonesia dan membacanya. tujuannya sih cuma untuk nostalgia. Tapi yg gak saya sangka2 adalah novel2 berbahasa indonesia ini memiliki nuansa menyenangkan yg sama dengan novel2 lima sekawan yg saya kenal waktu kecil. saya tidak menyangka kalau faktor bahasa asli dan terjemahan itu bisa begitu besar pengaruhnya.

Apa ada teman2 yg juga merasa begitu?

Saya juga merasakan hal yg sama, terutama pada komik Tintin. Setelah membaca edisi terjemahan Indira, edisi Inggeris dan terakhir edisi cetak ulang Gramedia, terasa bahwa tidak ada yg bisa menandingi edisi Indira.

Itulah yg menurut saya penerjemah kita itu luar biasa. Bukan suatu pekerjaan yg mudah. Contoh lain adalah bu Hartati yg menerjemahkan Asterix. Kesenangan dan memori yg kita rasakan tidak lepas dari hasil karya jenius mereka.
 
Saya tidak pernah baca versi bhs Ing, karena keterbatasan saya dlm berbahasa ing. Tetapi jika yg versi bhs Indo, aduhmak... Enid Blyton dgn seri Lima Sekawannya, Sapta Siaganya, Pasukan Mau Tahunya... bener2 bikin masa2 SD gue itu indah, gara2 karangan Enid Blyton, sejak SD kls 2 saya sudah hunting serialnya semua, bela2-in nabung uang jajan demi bisa beli novelnya 1 per 1, yg waktu itu harganya 750, naik jadi 1000, naik jadi 1500 dstnya hingga puluhan ribu tetap saya kejar untuk melengkapi koleksinya. Bayangin gara2 gaya bahasa penulisannya, begitu pintarnya penerjemahnya memaparkan detail Pulau Kirrin, Suasana rumah Georgina dengan bibinya yg setiap sore minum teh jahenya, waduh maaakkk, pengen banget daaahhh tinggal dan punya rumah spt itu, bisa berpetualang kemana2!!!! wkwkwkwk what a nice memory!!!
 
Limun jahe dan kue tarcis. Bekal untuk piknik buatan Joanna 😁
Karena tidak pernah baca versi aslinya yg bahasa Inggris jadi saya tidak bisa komentar apa2. Tapi mungkinkah karena diterjemahkan dan diterbitkan di era pak Harto di mana peredaran buku katanya diawasi ketat, pokoknya bagaimana caranya agar anak2 pembaca itu nantinya tidak punya budaya sombong dan memberontak setelah membaca buku itu.
 
hahaha padahal teh jahe itu klo diminum kagak ada enak2nya, pedes....
 
Kalo Inggris sana hawanya adem mungkin enak ya limun jahe 😁
Teh jahe enak lho, bikinan sendiri 😊
 
saya tidak menyangka kalau faktor bahasa asli dan terjemahan itu bisa begitu besar pengaruhnya.
Betul sekali, Mbak @ayuratna88. Saya pernah membaca tulisan orang bijak yang menyatakan bahwa kita dapat mengetahui karakter dan budaya suatu bangsa dari membaca buku-buku (termasuk novel) yang mereka tulis. Demikian juga penerjemahnya juga -- suka tidak suka -- membawa karakter dan budayanya sendiri. Saya suka membaca novel-novel karya penulis Inggris dan Amerika (sedikit-sedikit tahu bahasa Inggris ... 😁 ), dan ternyata meski sama-sama menggunakan bahasa Inggris (sekalipun dengan pengungkapan yang agak berbeda), terasa sekali karakter ekspresinya sangat jauh berbeda.

Saya juga merasakan hal yg sama, terutama pada komik Tintin. Setelah membaca edisi terjemahan Indira, edisi Inggeris dan terakhir edisi cetak ulang Gramedia, terasa bahwa tidak ada yg bisa menandingi edisi Indira.

Itulah yg menurut saya penerjemah kita itu luar biasa. Bukan suatu pekerjaan yg mudah. Contoh lain adalah bu Hartati yg menerjemahkan Asterix. Kesenangan dan memori yg kita rasakan tidak lepas dari hasil karya jenius mereka.
Aahh.. saya sangat setuju, Mas @krenaw....(y)😁

kagak ada enak2nya, beneran, jika tdk karena butuh, pasti gak diminum hahaha
Nah, rupanya untuk urusan rasa, sifatnya sangat subyektif.....😁😁
 
Itulah yg menurut saya penerjemah kita itu luar biasa. Bukan suatu pekerjaan yg mudah. Contoh lain adalah bu Hartati yg menerjemahkan Asterix. Kesenangan dan memori yg kita rasakan tidak lepas dari hasil karya jenius mereka.
Betul mas, baru baca nama-nama tokoh di komik Asterix aja sudah ngakak, apalagi baca tingkah polah dan celotehannya 😃
 
Back
Top