puisi “Karawang-Bekasi” yg ditulis oleh penyair Chairil Anwar
Ahmad dhani mendapat inspirasi dalam menciptakan lagu2 dari Queen, Toto dll, Bebi romeo dari lagu2 Carpenter, Nika Costa sementara dari komik Didier Savard dari Herge, Edgar P Jacobs, Francisco Ibáñez hasil karya2nya terinspirasi "meniru" dari karya Andre franquin
Bagaimana dengan hasil karya seni puisi? Konon karyanya yg berjudul "Karawang-Bekasi " terinspirasi dari "The Young Dead Soldiers Do Not Speak” karya penyair Amerika Serikat, Archibald MacLeish, pertama kali diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 1940 dan juga menjadi bagian dari berbagai antologi puisi serta prasasti di tugu peringatan perang, seperti yg tertulis dalam prasasti Tugu Peringatan Perang Dunia I di Washington D.C
Memang terlihat mirip tapi nuansa nya tetap berbeda, gw yakin Chairil terinspirasi tapi bukan melakukan plagiat.
Seperti yg dibilang Ahmad Dhani "di luar negeri pun juga seperti itu karena literasi daripada orang Indonesia nggak terlalu banyak yg didengar" lagi2 dia bicara soal literasi, padahal literasi itu sangat penting untuk memajukan bangsa.
Chairil juga melakukan itu,,,,, dimana kejadian itu terinspirasi dari tragedi pembantaian Rawagede yang terjadi pada 9 Desember 1947, di mana tentara Belanda membunuh ratusan warga sipil laki-laki sebagai hukuman atas penolakan mereka membocorkan informasi tentang pejuang Republik. Dan ditandai dengan Monumen Perjuangan Rawagede lokasinya di Jl. Monumen Rawagede No.2, Balongsari, Kec. Rawamerta, Karawang, Jawa Barat 41382. Suatu waktu gw rencana mau mampir kesana.
The young dead soldiers do not speak Karya Archibald MacLeish
The young dead soldiers do not speak.
Prajurit-prajurit yang mati muda tak bicara.
Nevertheless, they are heard in the still houses: who has not heard them?
Namun, mereka terdengar di rumah-rumah sunyi: siapa yang belum pernah mendengarnya?
They have a silence that speaks for them at night and when the clock counts.
Mereka punya keheningan yang bicara tentang mereka ketika malam dan setiap hitungan jam.
They say: We were young. We have died. Remember us.
Mereka berkata: Kami masih muda. Kami telah mati. Kenanglah kami.
They say: We have done what we could but until it is finished it is not done.
Mereka bilang: Kami telah melakukan yang kami bisa namun hingga kesudahan ini belum purna.
They say: We have given our lives but until it is finished no one can know what our lives gave.
Mereka berkata: Kami telah berikan nyawa kami namun hingga ini selesai tak satu pun dapat mengetahui apa yang telah nyawa kami berikan.
They say: Our deaths are not ours: they are yours, they will mean what you make them.
Mereka bilang: Kematian kami bukan milik kami: mereka milikmu, mereka akan bermakna sesuai makna yang kau buat.
They say: Whether our lives and our deaths were for peace and a new hope or for nothing we cannot say, it is you who must say this.
Mereka berkata: Apakah nyawa kami dan kematian kami demi kedamaian dan pengharapan baru ataukah untuk kesia-siaan kami tak bisa katakan, kalian yang harus mengatakannya.
We leave you our deaths. Give them their meaning. We were young, they say. We have died; remember us.
Kami wasiatkan kematian kami pada kalian. Berilah mereka makna.
Kami masih muda, ucap mereka. Kami telah mati; kenanglah kami.
Karawang-Bekasi Karya Chairil Anwar
Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami, terbayang kami maju dan berdegap hati?
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetakKami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu. Kenang, kenanglah kami.
Kami sudah coba apa yang kami bisa Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa
Kami sudah beri kami punya jiwa Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan Tapi adalah kepunyaanmu Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan atau tidak untuk apa-apa, Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno menjaga Bung Hatta menjaga Bung Sjahrir
Kami sekarang mayat Berilah kami arti Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian
Kenang, kenanglah kami yang tinggal tulang-tulang diliputi debu Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi.