Pengarang/Komikus Drs. Suyadi

58096dbe1ce5b.jpg 58096dbbc7a8e.jpg 489962541_1083470383816994_507048903958094318_n.jpg

Drs. Suyadi (lahir di Puger, Jember, Jawa Timur, 28 November 1932 – meninggal di Jakarta, 30 Oktober 2015 pada umur 82 tahun) adalah pencipta Si Unyil, sebuah film seri televisi Indonesia. Suyadi menciptakan Si Unyil agar terdapat acara mendidik untuk anak-anak Indonesia pada tahun 1980-an. Kemudian, Unyil diformat ulang untuk sesuai dengan era tahun 2000-an, sehingga tetap dapat digemari anak-anak Indonesia. Hasil dari format ulang acara Si Unyil adalah Laptop Si Unyil. Ia juga dikenal sebagai Pak Raden dalam acara Unyil.

Suyadi merupakan lulusan seni rupa Institut Teknologi Bandung (1952-1960) lalu meneruskan belajar animasi ke Perancis (1961-1963).

Suyadi juga pernah didaulat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia untuk menjadi ilustrator buku pelajaran Bahasa Indonesia tingkat sekolah dasar.
Log in or register to view this content!

Yang tidak banyak diketahui masyarakat, yaitu Drs. Suyadi pernah juga menggambar illustrasi untuk seri buku Kisah Hans Christian Andersen, yang diterbitkan oleh penerbit Djambatan. Seri buku ini diterjemahkan dari naskah asli kumpulan dongeng-dongeng Hans Christian Andersen.
Log in or register to view this content!

Selain sebagai illustrator/pelukis, beliau juga dikenal sebagai salah seorang maestro pendongeng yang sangat digemari anak-anak. Sebelum meninggal, menjelang hari-hari terakhirnya, beliau masih aktif mendongeng di rumahnya yang sempit di Jl Petamburan 3, Jakarta Barat, dan selalu dipenuhi anak-anak yang antusias ingin mendengarkan dia mendongeng.

Suyadi meninggal dunia pada tanggal 30 Oktober 2015 di Rumah Sakit Pelni Petamburan pada pukul 22.20 WIB. Jenazahnya dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan, Sabtu, 31 Oktober 2015.

Walaupun Drs Suyadi bukan seorang komikus ataupun pengarang, saya rasa tidak ada salahnya ditampilkan di sini, karena karya-karya beliau sangat mewarnai masa kecil kita semua dengan buku pelajaran Bahasa Indonesia dan film boneka Si Unyil, juga seri buku Kisah Fantasi Hans Christian Andersen. Ini saya ingat dibelikan ortu waktu kecil, dan saya sangat senang sekali membacanya, terutama dengan gambar-gambarnya yang indah, yang ternyata digambar oleh sang maestro Drs. Suyadi.

Sebelum beliau meninggal, saya sempat menghadiri pameran karya-karya beliau yang diadakan di rumahnya Jl. Petamburan 3, di rumah yang kecil dan sempit itu dijual juga boneka Si Unyil, Pak Raden dan Pak Ogah, kaos bergambar poster ilustrasi Hans Christian Andersen karya beliau, juga buku serinya dijual lagi (walaupun berupa fotocopy hitam putih).

Saya menulis thread ini karena di samping menjelang satu tahun kepergian beliau, sekaligus memenuhi tantangan kontes thread di sini. :D
 
Last edited by a moderator:
Almarhum ini rumah nya dekat banget dengan saya tinggal sekarang, sungguh miris ketika menjelang akhir hayatnya kondisi beliau, karena mungkin beliau sebatangkara tidak ada keluarga, tp salutnya beliau ini tidak pernah mau menerima bantuan dari orang2.
Full respect buat Pak Raden... terima kasih sdh menemani setiap hari minggu di masa kecil ku
 
Almarhum ini rumah nya dekat banget dengan saya tinggal sekarang, sungguh miris ketika menjelang akhir hayatnya kondisi beliau, karena mungkin beliau sebatangkara tidak ada keluarga, tp salutnya beliau ini tidak pernah mau menerima bantuan dari orang2.
Full respect buat Pak Raden... terima kasih sdh menemani setiap hari minggu di masa kecil ku
Berarti mas daerah Petamburan tinggalnya? Saya sempat berkunjung ke rumah beliau loh sebelum beliau wafat. Kasihan juga di rumahnya terakhir dia jualan boneka2 si Unyil spt Pak Ogah, ableh, bu bariah dll.
 
Berarti mas daerah Petamburan tinggalnya? Saya sempat berkunjung ke rumah beliau loh sebelum beliau wafat. Kasihan juga di rumahnya terakhir dia jualan boneka2 si Unyil spt Pak Ogah, ableh, bu bariah dll.
Betul mas, saya tinggal di Rusun dekat situ, tapi sayang nya pas beliau berpulang saya sedang dinas di luar jakarta jadinya tidak sempat melayat
 
Nah Bapak kebanggaan kita ini sungguh benar-benar menemaniku belajar mengeja dan membaca. Itu di hari Senin sampai Sabtu, dengan melekatkan ilustrasi pada memoriku di buku pelajaran bahasa Indonesia. Telaten ya bapak kita ini. Nah di hari Minggu beliau menjadi guru terbaikku selalin orang tua dan guru-guruku di sekolah; denga sajian hiburan boneka yang lucu dan menggemaskan, selain pinokio, yakni (si) Unyil dkk di TVRI. Sampai sekarang apapun itu, baik majalah atau buku yang dihiasi oleh tangan emas sang Bapak, aku buru dengan sedikit modal kecilku via media bisnis di Teknologi Kominikasi Jaringan. Hanya sayang, entah kapan itu saya pernah membaca sebuah artikel atau tepatnya wawancara sebuah media dengan beliau yang menceritakan kepiluan beliau karena hak untuk menikmati karya ciptanya ada yang menyabot. Huh teganya teganya mereka yang jahat dan curang itu pada pak Raden. O La La baru kuingat beliau akrab dipanggil pak Raden. Tokoh sedikit antagonis di Film )si) Unyil tapi dicintai semua kalangan. Terus jadi keingatn si Ibu Radennya yang sabar dan ramah. Mudah-mudahan Bapak kita sekarang tenang di Sisi-Nya, mendapatkan pahala dari kerja kerasnya memudahkan dan menjembatani ke dunia pengetahuan yang ajaib. Aamiin.
 
dan juga beliau ini pencinta kucing. Di rumahnya waktu saya berkunjung, ada kali 20 ekor kucing dipelihara dan semua lucu2.

Ternyata kucing2 'buangan' mas @richie200671, untung ada beliau

Lihatlah seisi ruangan di rumah itu. Di ruang tamu, ruang makan, kamar, penuh dengan lukisan, sketsa, boneka, kertas yang berserakan, bekas cat, buku-buku, dan… kucing. Yang terakhir ini adalah makhluk "buangan" para tetangga yang sudah bosan dengan hewan piaraan itu. "Ada sekitar 20, hasil 'sumbangan' para tetangga," kata Suyadi perihal hewan piaraannya itu. Dia mengatakan, para tetangga itu biasanya mencemplungkan kucing-kucing tersebut melalui pagar rumah tinggalnya. Setelah diberi makan oleh Nanang, biasanya kucing-kucing itu betah tinggal di sana, bersama Suyadi dan Nanang.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Pak Raden dan Negeri yang Tak Peduli", Klik untuk baca: https://nasional.kompas.com/read/2015/10/31/18520991/Kisah.Pak.Raden.dan.Negeri.yang.Tak.Peduli.
Penulis : Jodhi Yudono
 
Pak Raden itu dulu tokoh Jawa tulen dalam serial si Unyil. Dengan ciri khas blangkon Yogyakarta, kain beskap dan kumis tebal serta bersuara berat parau akan selalu menghibur kita di Minggu pagi...
Pak Raden yang anti kerja bakti ini dengan alasan encoknya kumat, ternyata memiliki nama Raden Mas Singomenggolo Jalmowono yg arti harafiahnya adalah Raden Terhormat Singa Pemimpin Orang Utan... :D

Di dalam cerita si Unyil, pak Raden memiliki seorang istri yang ramah, sopan dan sayang anak anak. Sama seperti kehidupan aslinya, Pak Suyadi dan Pak Raden tidak dikaruniai putra putri...
Konon beberapa puluh tahun silam saat diwawancara, Pak Suyadi ini mengaku terus terang bahwa kehidupan sehari2nya tidak berbeda dengan Pak Raden di serial unyil tersebut. Masa muda pak Suyadi selalu dikelilingi anak anak yang selalu berusaha mencuri jambu klutuk miliknya.
Bedanya, di serial pak Raden akan selalu marah2 jika jambunya diusik, di kehidupan nyata, Pak Suyadi malah amat sayang anak2 dan mempersilahkan anak2 untuk mengambil jambunya...

Selamat jalan Pak, kami akan selalu kangen suara berat logat jawa belandamu pak.
FYI, Drs. Suyadi alias Pak Raden seumur hidupnya tidak menikah mas.
 
Drs. Suyadi dan Abdul Hamid adalah dua orang yg begitu pas memerankan personifikasi dari tokoh2 dalam serial boneka Si Unyil. Keduanya sudah kapundut oleh Allah SWT. Abadilah karya mereka dalam kenangan masa kecil kita. Semoga Allah SWT berkenan menerima mereka di sisi-Nya. Aamiin.
 

Pameran “Suyadi: Kucing, Peci, dan Pak Raden”, Menyuguhkan Arsip dan Karya-karya Berharga

suyadi1.JPG 2048400765.jpg
1702979591-Suyadi-2.jpg 1702979619-Suyadi-3.jpg
 
dan juga beliau ini pencinta kucing.

Pak Raden & kucing2

00089788.jpg

Cerita 15 Kucing Pak Raden yang Rajin Diperiksakan ke Dokter

Pak Raden menyewa taksi untuk mengantarkan 15 kucingnya ke dokter hewan.
Sumber

TEMPO.CO, Jakarta - Almarhum Raden Suyadi Subekti Wirjokoesoemo, 82 tahun, atau biasa disapa Pak Raden, sangat menyukai binatang, khususnya kucing. "Dari dulu Pak Raden sudah suka kucing, bahkan sampai memelihara 15 ekor," tutur Madun, 50 tahun, perawat Pak Raden, saat ditemui di rumah duka, Jalan Petamburan III Nomor 27, Jakarta Pusat, Minggu, 1 November 2015.

Madun menjelaskan, setiap hari Pak Raden rutin memberi makan 15 kucingnya tersebut. Bahkan semua hewan peliharaannya ia perhatikan dengan sepenuh hati, sama seperti anaknya sendiri. Padahal kucing Pak Raden hanya kucing liar yang dipungut dari lingkungan sekitar.

Secara berkala, Pak Raden bahkan menyempatkan untuk memeriksakan semua kucingnya ke dokter hewan langganan. Saking banyaknya, sampai-sampai Pak Raden menyewa taksi untuk mengantarkan semua kucingnya periksa ke dokter hewan.

Selain itu, yang paling utama adalah soal makanan kucing. Setiap hari Madun belanja ikan khusus untuk makan 15 kucing tersebut. Bahkan sering kali Pak Raden memilih tak makan ikan agar kucingnya bisa makan. "Biasanya ikannya dicampur nasi," kata dia.

Hal yang sama juga dikatakan Pipit Muntaha, 64 tahun, kerabat Pak Raden yang tinggal di Bandung. Kata dia, Pak Raden kerap membawa bekal makanan dari rumah khusus untuk kucing di sekitar lokasi suting. Setiap hari setidaknya dia membawa 20 bungkus kecil nasi yang dicampur lauk ikan.

"Kalau jam makan siang, bekal itu dibuka di pelataran," kata dia mengenang. Puluhan kucing liar yang saban hari menunggu pun berdatangan untuk melahap makanan dari Pak Raden. "Dia (Pak Raden) bilang, mereka juga butuh makan."
 
Back
Top