Dasa Tembang Lawas 1980s

Selasa, 27 Mei 2025 kabar duka datang dari dunia hiburan Tanah Air. Irianti Erningpraja meninggal dunia saat menjalani perawatan di RSUD Pasar Rebo, Jakarta Timur, pukul 14.14 WIB. Irianti Erningpraja mengembuskan napas terakhirnya setelah berjuang melawan penyakit kanker serviks.
Irianti adalah putri dari Raden Ahem Erningpraja, yang pernah menjabat sebagai Menteri Perburuhan pada era Presiden Soekarno.
Sejak usia muda, Irianti Erningpraja menunjukkan bakat luar biasa dalam olahraga renang. Irianti Erningpraja meraih berbagai medali di kejuaraan nasional dan internasional, termasuk PON IX, SEA Games 1977, dan Asian Games 1978.
Namun, karier renangnya terhenti akibat sinusitis saat ia duduk di bangku SMP. Setelah meninggalkan dunia olahraga, Irianti Erningpraja beralih ke dunia seni pertunjukan.
Sebagai penyanyi, Irianti merilis beberapa album, di antaranya "Kuharus Mencari", "Ada Kamu", "Aku Cinta Aku Rindu", "Senyumlah Sayang", hingga "Mengapa Kau Tinggalkan Aku".

Irianti Erningpraja - Ada Kamu (1986)
Irianti Erningpraja & Elfa Seciora
 
herge dengan mbah Edgar dan Melkebeke kurang harmonis, tapi tak disangkal hasil kolaborasi mereka bertiga dalam menghasilkan judul2 Tintin yg kaya ide cerita dan juga gambar latar yg luar biasa dari mbah edgar yg terkenal perfeksionis, teliti dan sangat detail, contohnya pada judul Tujuh bola ajaib dan tawanan dewa matahari
Dalam dunia perkomikan Eropa ada Trio artis legend itu membentuk kolaborasi yg hebat meski berujung bubar.
Di Indonesia ada Trio musisi legend yg mirip2 begitu kisahnya mereka berkolaborasi dan berujung bubar, alasannya pun mirip yaitu ego dan idealisme masing2, mereka adalah Chrisye, Yockie Suryoprayogo dan Eros Djarot. O ya menurut gw klo dilihat dari karakternya Edgar bisa disandingkan dengan Yockie karena yg paling keras kepala dan paling idealis.
Siapa sih yg tidak mengenal ketiga musisi legend itu?....Karya mereka akan selalu dikenang hampir seluruh masyarakat Indonesia, mereka pernah berkolaborasi dalam album Badai Pasti Berlalu, Resesi dan Nona. Dan lagu2 hasil karya mereka akan abadi di telinga pecinta musik Indonesia seperti Badai Pasti Berlalu, Pelangi, Merpati Putih, Malam Pertama, Hening, ........
Album Badai Pasti Berlalu dinobatkan sebagai album Indonesia terbaik sepanjang masa oleh majalah Rolling Stone Indonesia edisi #32 terbitan Desember 2007.

Chrisye - Hening - 1983
Chrisye, Eros Djarot, Yockie Suryo Prayogo

Chrisye - Malam Pertama - 1983
Yockie Suryo Prayogo, Eros Djarot
 
Pernah berkolaborasi bersama Adjie Soetama dalam album Aku cinta dia dan Hip hip hura di tahun yang sama 1986. Album Aku Cinta Dia terjual sebanyak 1 juta kopi, meraih BASF Awards 1986 dan mendapat sertifikasi Gold. Album tersebut juga merupakan album paling sukses yg direkam oleh Chrisye pada saat itu.
Setelah perpisahan Chrisye dan Yockie Suryo Prayogo pada akhir tahun 1984 yg menandai berakhirnya era kolaborasi mereka yg cukup lama dalam dunia musik Indonesia. Penjelasan mengenai sebab perpisahan duet legendaris Chrisye dan Jockie mungkin sudah banyak diceritakan di berbagai media, termasuk di buku Memoar Chrisye. Dalam buku tersebut keduanya mengaku tidak ada apa-apa dengan perpisahan mereka, kecuali hanya masalah irama kerja. Chrisye juga mengaku sangat berat harus lepas dari musisi berbakat dahsyat itu. Namun bahwa terjadi perang dingin di antara mereka setelah perpisahan itu, dan juga perang dingin dengan Eros Djarot, mungkin hanya diketahui oleh orang-orang yg dekat dengan mereka.
Nah kembali lagi di tahun 1986 saat Chrisye menemukan partner baru dalam menggarap lagu, lagu "Aku Cinta Dia" ciptaan Adjie Soetama adalah lagu Chrisye yang sangat fenomenal dan membuat popularitas Chrisye menanjak tajam dan melambungkan namanya menjadi penyanyi tersohor se-tanah air. Lagu2 karya Adjie Soetama banyak dibawakan berbagai artis seperti Geronimo II, Keenan Nasution, Irianti Erningpraja, Harvey Malaiholo, Tika Bisono, Suara Persaudaraan, Trie Utami, Utha Likumahuwa, Dina Mariana, Andre Hehanusa, KSP dan masih banyak lagi.
Lagu Klak Klik Kluk karya Adjie Soetama dipakai sebagai lagu andalan dalam album milik Itang Yunasz, lagu ini memang bercerita tentang peragawati yang sedang berjalan di atas catwalk. Juga ada lagu instrumental berjudul Mode, yang cocok buat pengiring jalan di catwalk. Meskipun tidak meledak, album ini lumayan diterima di pasar.
Itang Yunasz - Klak Klik Kluk - 1988
Adjie Soetama
 
Vina Panduwinata - Cinta (1986)
Lagu ini juga merupakan hasil ciptaan kolaborasi antara Adjie Soetama dan Chrisye dengan aransemen musik oleh Addie MS.
Lagu ini menggambarkan ketika seseorang sedang jatuh cinta, detak jantungnya berdetak lebih cepat dan memiliki perasaan gugup saat bertemu dengan orang yg dicintainya.
Lagu dengan genre musik Jazz dan Pop ini masih digandrungi hingga saat ini, apalagi yang menyukai lagu2 lawas. Lagu ini juga masuk kedalam album keempat milik Vina Panduwinata yang bertajuk “The Best Slow Cinta”.
Suara khas dari Vina Panduwinata membuat lagu ini semakin menarik dan indah, seakan-akan yg mendengar lagu ini membangkitkan emosi jatuh cinta pada pandangan pertama. Lagu ini sering dijadikan sebagai lagu dalam ajang pencarian bakat.
 
Oddie Agam - Akhirnya (1987)
Kita tidak pernah menduga lagu pop religi 'Akhirnya' yang dulu dibawakan Oddie Agam soal siapa komposer atau pencipta lagu tersebut. Dari talk show Oddie Agam yg tayang di youtube, bahwa lagu "Akhirnya' itu sebenarnya diciptakan Deddy Dhukun dan Youngky Soewarno.
Banyak yang mengira lagu 'Akhirnya' adalah karya Oddie Agam, lantaran dibawakan Oddie Agam serta biasanya Oddie membawakan karya karyanya sendiri.
Lantas bagaimana lagu 'Akhirnya' bisa dibawakan Oddie Agam, bukan Deddy Dhukun? Awalnya Oddie Agam bertemu Deddy Dhukun di studio, dan Oddie diminta oleh Deddy membawakan lagu 'Akhirnya' karena bagian reffnya menggunakan nada tinggi. Dan kita tahu Deddy nggak bisa menyanyi nada tinggi head voice, maka Oddie Agam bersedia membawakan lagu 'Akhirnya' dan terbukti lagu itu menjadi evergreen song hingga kini.
Lagu 'Akhirnya' dimuat sebagai singel dalam album kompilasi Tembang Unggulan 88.
1751812867676.png
Bahkan grup Gigi sampai mendaur ulang lagu 'Akhirnya' untuk album religinya tahun 2005.
 
Asmi Asmodiwati-Satu jam saja (1989)
Asti Asmodiwati lahir dan besar dari ajang Lomba Penyanyi Remaja yg diadakan Radio Prambors di tahun 1989. Lewat single Satu Jam Saja yg dinyanyikannya di album finalis LPR itulah namanya melesat seiring popularitas lagu yang bahkan sampai sekarang masih sering dinyanyikan orang, lagu itu diambil dari album kompilasi 10 Suara Emas Remaja. Lagu karya Silvia N Theoropun ini pernah menyabet gelar lagu terbaik tahun 1990 di BASF Award.
Sepintas paras Asti Asmodiwati mengingatkan pada penyanyi pop manca Rita Coolidge yang terkenal dengan hits 'We're All Alone' (1977).
Lepas dari proyek LPR Asti kemudian sempat merilis album-album solo, sempat juga bertrio bersama Bella Saphira dan Irena Hedianto, namun tidak berhasil mengulangi sukses Satu Jam Saja yg fenomenal.
Tahun 1992 ia memutuskan bersolo karier dan merilis album solo perdananya yang berjudul Asti. Setelah itu Asti menikah dan vakum dari hingar-bingar dunia musik, sampai kemudian namanya kembali muncul lewat album solonya Hanya Ingin Dirimu. Kembalinya Asti kali ini masih didukung oleh Dorie Kalmas yang mulai menggarapnya sejak album solo kedua, serta tangan dingin Billy J Budiarjo dan Doddy Sukaman sebagai music director.
Pada tahun 2001, lagu 'Satu Jam Saja' didaur ulang Audy dalam album kompulasi Tentang Cinta.
 
Aku Jadi Bingung - Malyda & Deddy Dhukun (1988)
Dian Pramana Putra & Deddy Dhukun
Vokal Malyda yg khas dengan suara jernih, merdu, dan manja saat mebawakan lagu Aku Jadi Bingung bersama Deddy Dhukun dengan nuansa pop dansanya kental. Liriknya menggelitik.
"Aku Jadi Bingung" adalah singel yang diciptakan oleh Dian Pramana Putra dengan lirik yang ditulis oleh Deddy Dhukun pada tahun 1988. Lagu ini dinyanyikan sebagai lagu pembuka dalam album 12 Bintang Idola Part 2.
Lagu Aku Jadi Bingung ditempatkan pada peringkat ke-1 dalam daftar "Top 20 Pop Indonesia" versi Radio Ganesha Bandung yang diterbitkan pada bulan November 1988
Tapi yg paling terkenal dari semua yg dinyanyikan adalah lagu Semua jadi satu aransemen musiknya ramah di telinga, liriknya sederhana dan bagus.
Mendengar lagu ini kita seperti menumpang mesin waktu dan kembali ke akhir tahun 80-an. Busana masa itu sepertinya baju warna-warni, dengan bantalan bahu, ikat kepala, dan rambut keriting besar plus anting-anting bundar besar.
Cobalah putar lagu Semua Jadi Satu dan Aku Jadi Bingung, maka akan terasa suasana tahun 80-an. Tidak pernah ragu dan malu, karena unsur musik tahun 80-an ini kembali populer lewat lagu-lagu The Weeknd dan Dua Lipa.
 
kekagumanku
Lagu ini diciptkan Harry Sabar bersama Candra darusman, industri musik Indonesia era 1980an merupakan era tembang2 pop melankolis menggempur pasar hampir semua lapak kaset (resmi dan bajakan), siaran radio, sampai tayangan televisi dikuasai bermacam lagu yg bikin hati nelangsa. Publik terpaksa mengikuti selera arus utama yg tak jauh2 dari tiga hal kesedihan, patah hati, dan derai air mata. Bahkan kelak, Menteri Penerangan Harmoko melarang lagu yang disebutnya ratapan patah semangat berselera rendah, keretakan rumah tangga, atau hal-hal cengeng.
Di tengah dominasi pop melankolis yg sepertinya sulit untuk dikikis karena hampir mendarah daging, ragam musik lain bernama fusion jazz ternyata berhasil mencuri (sedikit) tempat di selera pendengar. Memanfaatkan momentum yg tengah dirayakan secara global, fusion jazz hadir dan populer di Indonesia lewat dua band Chaseiro dan Karimata. Warna musik dua kolektif tersebut banyak terpengaruh Heat wafe hingga Earth, Wind & Fire yg menggabungkan irama2 ritmis jazz, soul, dan sedikit nafas disko. Popularitas kedua band ini tentu tak bisa dilepaskan dari nama Candra Darusman.
Bagaimana dengan Harry Sabar? Mengutip dari berbagai sumber artikel, Harry Sabar merupakan pentolan dari Gank Pegangsaan memprakarsai gerakan progressive pop Indonesia pada akhir '70an bersama Yockie Suryoprayogo, Chrisye, Keenan Nasution, dkk, dia populer sebagai pencipta lagu, penata musik, penyanyi, ilustrator, bahkan produser. Dia menciptakan lagu populer seperti Emosi Jiwa, Sesaat, Bayang Pesona, hingga Nuansa Biru milik penyanyi Andi Meriem Mattalatta, Lenggang Jakarta yg populer hingga sekarang. Puncaknya ketika Harry menciptakan lagu Catatan Si Boy yg dinyanyikan oleh Ikang Fawzi. Lagu itu jadi pembuka album OST Catatan Si Boy I. Film yg dibintangi oleh Onky Alexander, Meriam Bellina, Ayu Azhari dan Didi Petet ini jadi salah satu film terlaris pada masanya. Catatan Si Boy pun dibuat hingga 5 jilid dan lantas dibuat menjadi serial dan digarap ulang. Kesuksesan film Catatan Si Boy tak pelak membuat album OST-nya turut sukses, sayangnya Harry jadi termasuk satu dari banyak sekali seniman Indonesia yg mengalami pelanggaran hak cipta. Sebagian besar lagu Harry banyak ditayangkan di beberapa platform media sosial dan streaming musik digital. Ada ratusan konten lagu ciptaan Harry yg diunggah tanpa izin, tidak mencantumkan nama pencipta, bahkan memakai akun palsu atas nama Harry Sabar. Selain terjadi di konten digital, hal ini juga terjadi pada beberapa event yg juga tidak melakukan izin dan kerap tidak menyebutkan sosok penciptanya.
Tapi menurut gw yg paling berkesan adalah lagu emosi jiwa yg menjadi OST Catatan Si Boy II ini nadanya mirip seperti lagu Eldebarge whos holding donna now, walaupun memang terdengar melankolis dan cengeng. Lagu emosi jiwa justru menjadi ikon untuk film Catatan Si Boy itu sendiri. Lagu itu dinyanyikan penyanyi Fabio Asher pemenang AMI Awards 2022 dan Prinsa Mandagie finalis Indonesian Idol untuk soundtrack dari remake film Catatan Si Boy garapan Hanung bramatyo yg rilis 2023.
Yana & Lita - Emosi Jiwa - 1988
Harry Sabar
 
Burung Camar - Vina Panduwinata
Setelah ia merilis lagu Burung Camar di tahun 1985 disitulah Vina Panduwinata dijuluki sebagai 'Vina Si Burung Camar'.
Lagu itu justru ada di album kompilasi Festival Lagu Populer Indonesia 1985 dan berhasil memenangkan Festival Lagu Pop Indonesia pada tahun 1985 dan Kawakami Award di World Popular Song Festival 1985 di Tokyo, Jepang. Selain itu, Vina Panduwinata juga menerima Lifetime Achievement Award di Anugerah Musik Indonesia (AMI) 2006, setelah Vina menghasilkan album Trilogi Citra.
Lagu Burung Camar awalnya hanya berupa melodi yg diciptakan Aryono Huboyo Jati dan kemudian melodi lagu tanpa lirik itu diserahkan ke Iwan Abdurrahman untuk diisi liriknya. Iwan Abdurrahman harus merenung di tepi pantai sembari memancing dan akhirnya mampu menuliskan lirik lagu Burung Camar.
Pada awal mulanya Vina bertemu dengan musisi Mogi Darusman (ayah dari Candra Darusman dan Marzuki Darusman) yg tertarik dengan karakter vokal Vina dan mengenalkannya pada berbagai perusahaan rekaman. Akhirnya Jackson Records yg tertarik membuatkan album untuk Vina kelak bernama Trilogi Citra,
Album perdananya Citra Biru (1981) memuat lagu "Citra Biru" yg memperkenalkan nama Vina di belantika musik Tanah Air.
Album kedua dirilis setahun kemudian bertajuk Citra Pesona (1982) melibatkan pencipta lagu seperti Dodo Zakaria, James F Sundah, plus penata musik Addie M.S. Album yg mulai melambungkan nama Vina berisi lagu antara lain "September Ceria", "Dunia yang Kudamba", "Resah", dan "Kasmaran".
Album ketiga Citra Ceria (1984) pun berhasil merengkuh simpati dengan lagu "Di Dadaku Ada Kamu", "Duniaku Tersenyum", dan "Di antara Kita".
Vina Panduwinata juga pernah tergabung dalam grup Rumpies di tahun 1989 bareng Atiek CB, Malyda, Tri Utami serta terkenal berkat hits Nurlela.
Menurut Vina tak ada lagu yg punya masa kedaluwarsa. Setiap lagu bersifat unik dan memiliki kemampuan bertahan melintasi zaman.
Namun, hal itu juga berarti baik penyanyi maupun pencipta lagu harus selalu terbuka pada perubahan dan penyesuaian agar lagunya bisa terus diterima setiap generasi yg datang kemudian. Hingga sampai saat ini sudah 14 album yg telah dirilisnya.
 
Back
Top