Best of Indonesia

12. Pemilu 2019
sumber
TPS Magersari 14 Kampung Patuk, mereka menghias TPS dengan lukisan-lukisan sejarah Pahlawan Nasional Diponegoro. Panitianya memakai jubah ala Prajurit Diponegoro.
Log in or register to view this content!
TPS 13 Kampung Giwangan, Umbulharjo. Para panitia memakai pakaian Wayang saat melayani para pemilih.
Log in or register to view this content!

colek mas @sukentang yang ngaku bisa Bahasa jawa u/ ngecek huruf jawa(?) di foto TPS 14.
 
colek mas @sukentang yang ngaku bisa Bahasa jawa u/ ngecek huruf jawa(?) di foto TPS 14.

Halah, ada2 aja...
Itu tulisan jelas salah:
1. maksa 2 kata dipisah, harusnya nyambung walaupun dalam bahasa indonesia pake spasi
2. kata yg depan bahasa indo, yg belakang jadi bahasa jawa

Sekarang masalahnya mau pake mana:
- tetep bahasa indonesia tapi tulisan di-jawa-in: ꦏꦺꦴꦠꦏ꧀ꦱꦸꦮꦫ
- [lebih enak & pas] sekalian bahasa jawa, jadi kothak swara: ꦏꦺꦴꦛꦏ꧀ꦱ꧀ꦮꦫ

Itu menurut saya tapi, mungkin yg lain punya opini sendiri?
Ini sambil ngetes, bisa ke-render bener ga itu tulisan jawanya. Di desktop win 10 + chrome bisa nih. Cobain liat di ponsel ah...
 
Kalau bagi saya, yang terbaik dari Indonesia,
Peta Indonesia.jpg
Wilayah yang luas dengan alam yang indah, sumber daya alam yang melimpah, cuaca yang bersahabat -- seperti diungkapkan Mbak @bebekhitam sebelumnya --, serta,
Suku-suku di Indonesia.jpg
Rakyatnya begitu beraneka ragam namun tetap satu. Tidak mudah mempertahankan persatuan dengan ribuan suku bangsa, terlebih di negara kepulauan yang begitu luas. Namun alhamdulillah, Indonesia tetap satu...:)

6) ayam goreng
Maaf, Mas @Hasan, yang di gambar mirip ayam bakar. Atau saya yang salah lihat....:unsure:

9) Mie Instan
Nah, ini rasanya betul sekali, Mbak @AyuNuni. Teman saya beberapa kali ke luar negeri, ternyata memang produk mie instan Indonesia jauh lebih enak dibandingkan produk-produk sejenis dari negara-negara lain, bahkan dari negara-negara "asal" mie itu sendiri.
Konon katanya bahkan di salah satu negara Afrika, mie instan produk Indonesia dijadikan alat kampanye saat pemilihan umum di sana, karena produk tersebut sangat digemari....:LOL:
 
Melihat Sejarah Kolonialisme dan Feodalisme di Indonesia melalui buku Max Havelaar, Bumi Manusia, dan Habis Gelap Terbitlah Terang : Benang Merah antara Eduard Douwes Dekker, RM Tirto Adhie Soeryo dan RA Kartini.

Menyambut HUT kemerdekaan RI ke 76 tanggal 17 Agustus 2021, saya tergerak untuk menulis ulasan ini. Ketiga buku di atas adalah buku-buku yg memiliki kaitan erat satu sama lain, walaupun ditulis pada periode waktu yg berbeda. Mari kita bahas satu-persatu :

1. Max Havelaar

Buku ini ditulis oleh Eduard Douwes Dekker (masih kerabat dari Ernest Douwes Dekker/DR. Danudirdja Setiabudi salah satu tokoh pelopor pergerakan Indonesia). Eduard Douwes Dekker dalam bukunya mengisahkan tentang penindasan dan kekerasan yg terjadi di Pulau Jawa (terutama di Kabupaten Lebak, Banten) sebagai akibat dari politik Tanam Paksa (Cultuur-stelsel) yg diterapkan pemerintah Kolonial Belanda saat itu. Tapi yg lebih mengenaskan adalah bahwa yg melakukan kekerasan adalah Bupati Lebak dengan menantunya Demang Parang Kujang yg menindas rakyat sehingga menimbulkan penderitaan. Mereka berdalih dibalik hukum adat yg berlaku bahwa seorang penguasa dapat mengambil apapun dari rakyatnya.
Sementara Max Havelaar (personifikasi dari Eduard Douwes Dekker) adalah seorang asisten residen di Lebak yg tidak tahan melihat penindasan tersebut terhadap rakyat kecil. Namun dia tidak mampu mendobrak sistem korup dalam pemerintahan kolonial Belanda di Hindia Timur.

2. Bumi Manusia

Buku Bumi Manusia (awal dari rangkaian tetralogi Pulau Buru karya Pramoedya Ananta Toer) mengisahkan tentang tokoh Minke, seorang ningrat yg awalnya sangat mengagumi kebudayaan Belanda dan Eropa tapi perlahan-lahan dia mulai melihat adanya perbedaan perlakuan antara warga asli Belanda, keturunan Indo Belanda dan bangsa pribumi, walaupun dia seorang berdarah ningrat. Hal itu membuat Minke berubah menjadi orang yg sangat ingin membebaskan bangsanya sendiri dari belenggu penjajahan dan ketidakadilan.

3. Habis Gelap Terbitlah Terang

Buku Habis Gelap Terbitlah Terang sebenarnya adalah kumpulan surat-surat antara RA Kartini dengan sahabat penanya Stella (Estelle Zeehandelaar, seorang aktivis emansipasi wanita), namun dari surat2 itu nampak jelas keinginan besar Kartini untuk melihat kaumnya terbebas dari kebodohan dan belenggu feodalisme hukum adat.

Benang Merah ketiganya

Buku Max Havelaar saat diterbitkan sangat mengguncang bangsa Belanda dan mulailah muncul seruan untuk memperlakukan rakyat jajahan lebih baik. Pemikiran Eduard Douwes Dekker sendiri pada gilirannya diteruskan oleh keponakannya Ernest Douwes Dekker yg menjadi pelopor pergerakan perjuangan politik di Indonesia, pendiri partai politik pertama di Indonesia, Indische Partij (1912) dan bersama Cipto Mangunkusumo dan Ki Hajar Dewantoro terkenal dengan julukan Tiga Serangkai.

Sementara itu tokoh Minke dalam buku tetralogi Bumi Manusia, diakui oleh pengarangnya Pramoedya Ananta Toer adalah personifikasi dari RM. Tirto Adhie Soeryo (TAS), putra bupati Blora yang memilih untuk berjuang melalui tulisan tangannya. Dia adalah orang pertama Indonesia yg berjuang melalui surat kabar dalam membentuk opini masyarakat tentang ketidakadilan pemerintah Kolonial Belanda. Dikenal sebagai Bapak Pers Nasional, TAS mendirikan surat kabar Medan Prijaji dan kemudian juga mendirikan partai politik Sarekat Dagang Islam yg belakangan berubah menjadi Sarekat Islam.

Selanjutnya Kartini sendiri adalah seorang putri bupati Jepara yg mengalami ketidakadilan perlakuan antara laki-laki dan perempuan dalam hukum adat. Buah pikiran Multatuli masuk dalam nalarnya setelah dia membaca buku Max Havelaar, sehingga iapun ingin berjuang demi kebebasan kaumnya dari belenggu hukum adat.

Ketiga tokoh ini : Eduard Douwes Dekker, RM Tirto Adhie Soerjo dan RA Kartini sama-sama melihat adanya ketidakadilan dan penindasan terhadap rakyat dan mereka ingin berbuat sesuatu untuk mengubah keadaan itu. Hal ini masih sangat relevan dibicarakan hingga saat ini. Apapun itu, ketidakadilan, kekerasan dan penindasan tidak boleh terjadi dan hsrus diberantas. Dan kita sebagai penerus bangsa harus mampu pula melihat sesuatu di sekitar kita jika terdapat ketidakadilan, kekerasan dan penindasan dan meneruskan perjuangan mereka yg belum selesai itu.
 
Last edited:
The one and only.
Sayur kalakan
Kalakan dibuat dengan mengasap daging ikan hiu atau ikan pari. Paling sering ikan hiu. Diiris kotak2 lalu dibuat sate, baru dipanggang. Ikan hiu sendiri disebut ikan kelong.
Kalakan disayur pedas dengan tahu tempe, santan, dan cabe rawit utuh.
Rasanya jauh lebih enak daripada ayam. Gurih khas ikan, dagingnya halus lembut. Saya paling suka kalau dapat tulang rawan. Kulitnya kasar seperti ampelas, kriuk kriuk.
Sehat? Entahlah 😆 konon ikan hiu banyak logam beratnya.
Gambar di bawah adalah contoh kalakan yg siap disayur dan kalakan yg sudah disayur. Saya comot dari internet, krn kebetulan sedang tidak punya fotonya.

Ikan pari (iwak pe) asap juga sama enaknya, ya selisih 1 poinlah dengan ikan hiu, apalagi kalau ketemu sayap ikan pari yg dihiasi iga2 tulang rawan. Kriuk2 banget deh.
Saya pernah beli ikan pari asap dari ibu2 penjual ikan keliling, katanya sih ambil dari pantura. Mungkin ikannya sudah terlalu lama di jalan, jd akhirnya malah seperti basi. Pas disayur, bau amoniak 😭 terpaksa saya buang.

Kalau di luar negeri, makan ikan hiu dan ikan pari pasti sudah dimarahi pecinta lingkungan.

FB_IMG_1628671386530.jpg images (8).jpeg
 
Last edited:
Wah, ini sih salah dua makanan favorit saya, ikan asap kalakan dan ikan asap pe. Saya paling suka kalau kedua ikan asap ini dipecak dengan sambal pedas + sayur asem + nasi.
Saya kasih tip untuk mendapatkan ikan asap kalakan dan ikan asap pe yang segar dengan wangi khas ini. Caranya adalah dengan membaui satu per satu ikan asap yang hendak dipilih di dekat hidung. Kalau bau wangi khas ikan ini tercium tanpa disertai bau busuk bisa dipilih. :)
 
Kalakan dibuat dengan mengasap daging ikan hiu
Saya baru tahu ada penganan ini. Terima kasih banyak Mbak @idanora...(y)
Kalau makan ikan hiu sih pernah. Sekitar hampir duapuluh tahun yang lalu, mendiang ayah dirawat di rumah sakit, kebetulan di depan rumah sakitnya ada rumah makan khas Aceh (namanya lupa). Ketika saya menunggu beliau, saat tiba waktu makan, bersama kakak makan di rumah makan tersebut, dan makan Sirip Hiu. Diolah seperti gulai kuning. Bumbunya khas Aceh, sementara tekstur siripnya sendiri, rasanya .... mirip kata Mbak @idanora, (karena kalau tidak salah sirip semacam tulang rawan..... kalau tidak salah ya... maklum nilai mata pelajaran Biologi waktu SMP dan SMP hanya pas-pasan untuk naik kelas.....:LOL::LOL:)
Saya paling suka kalau dapat tulang rawan. Kulitnya kasar seperti ampelas, kriuk kriuk.

Sementara soal rasa... seingat saya tidak begitu berbeda dengan gulai atau kari khas Indonesia lainnya, enak-enak aja..😁😁.
Entah mungkin karena lidah saya yang memang "tidak sensitif", sampai teman pernah bilang, sepanjang bumbu dan masakannya nggak keterlaluan kacaunya, bagi saya enak-enak saja....🤣🤣
Jadi, sebaiknya tidak tanya saya soal rasa suatu makanan.....😅😅
 
Ikan hiu sendiri disebut ikan kelong.
kelong = keleus (bahasa anak gaul) ="kali", bukan sih mba?
jadi kalimat lengkapnya tuh, "ikan hiu sendiri di sebut ikan, keleus, masa di sebut burung?🤣🤣

Berapa bulan yang lalu nonton Seaspiracy, kaget juga begitu tahu sisi lain dari penangkapan ikan laut komersil di dunia.
Ternyata kerusakan ekosistem laut banyak sekali faktornya. Yang banyak orang bicarakan adalah perburuan binatang laut di puncak rantai makanan, tapi industri perikanan yang menangkap ikan-ikan konsumsi dengan masif mempunyai andil besar dalam kerusakan lingkungan laut.
Kalau di luar negeri, makan ikan hiu dan ikan pari pasti sudah dimarahi pecinta lingkungan.
Perbandingan angka kematian rata-rata manusia oleh hiu di seluruh dunia adalah sepuluh orang, sementara jumlah hiu yang mati oleh manusia mencapai 11.000 - 30.000 hiu/jam. Kebanyakan ikan hiu mati bukan karena di buru, tapi menjadi tangkapan sampingan dari ikan konsumsi. Hiu yang mati tersangkut jaring cuma diambil siripnya sedangkan badannya di buang lagi ke laut. Konsumen terbesar sirip hiu adalah wilayah Asia.
Di film dokumenter Seaspiracy juga di perlihatkan pembantaian lumba-lumba Taiji di prefektur Wakayama, Jepang, dan perburuan massal paus pilot di kepulauan Faroe.
Di Jepang, lumba-lumba di anggap sebagai hama yang bersaing secara langsung dengan para nelayan.
"Saya tidak merasa saya ini orang jahat. Jika ada orang yang bilang saya jahat karena membunuh paus, saya lebih pilih membunuh satu paus
daripada 2.000 ayam. Itu jumlah daging yang sama.",
jawaban pemburu paus di Faroe saat di wawancara. Dan tradisi ini tetap berlangsung, walaupun saya rasa komunitas pecinta lingkungan tahu. 😢
 
Yg jahat itu menangkap hiu lalu dipotong siripnya utk sup hisit (sup sirip hiu), kemudian hiu yg sudah buntung itu dilempar kembali ke laut. Di dasar laut, hiu yg malang itu akan mati pelan2 krn gak bisa berenang, bernapas, dan mencari makan. Ibaratnya ayam ditangkap lalu dibuntungi kaki dan sayapnya, lalu dilempar kembali ke kandang dan dibiarkan mati pelan2.
Pernah ada film semacam dokumenter yg membahas penangkapan hiu cuma buat diambil siripnya. Dan mayoritas memang di Asia Timur. Yg model ini saya tidak setuju krn terlampau kejam dan sungguh mubadzir.
Kalau di sini, hiu2 itu memang ikut dijaring dan dimakan sampai ke tulang2nya. Hiu bukan "tangkapan sampingan" melainkan tangkapan utama utk dikonsumsi, seperti tuna, marlin, tengiri, dll. Dan karena baunya yg amis, tidak semua orang suka
 
Desa Wisata Indonesia
Terima kasih banyak Mbak @bebekhitam....(y)(y)
Saya baru tahu ada lebih dari 1800 desa wisata di seluruh Indonesia .... :eek:
Dulu waktu muda (.....sekarang sih sudah "tidak muda" lagi....:ROFLMAO::ROFLMAO:) sekitar seperempat abad yang lalu....😁, pernah mengunjungi Sumatera menggunakan mobil (pinjaman sih...:LOL:) dari Jakarta sampai ke Medan.
Berangkat melalui Lintas Timur Sumatera (belum ada Tol Lintas Sumatera), dan kemudian kembali ke Jakarta melalui Lintas Tengah dan Barat.
Sepanjang perjalanan, melewati banyak desa di daerah yang dilalui. Meski sekilas tampak mirip, namun masing-masing memiliki kekhasan sesuai daerah masing-masing...:)
Salah satunya di daerah Kotanopan, Mandailing Natal, dekat perbatasan Sumatera Utara dan Sumatera Barat, di mana ada satu pondok pesantren yang sangat unik, karena banyak pondok panggung berukuran sekitar 1mx2m. Katanya itu adalah tempat para santri, di mana satu pondok panggung dihuni satu santri....o_O
Jadi memang sangat banyak pondok panggung tersebut yang kami lihat sepanjang jalan yang dilalui...
Perjalanan yang sangat mengesankan....:)
Sangat terasa bahwa Indonesia memang sangat indah...:)
 
Back
Top