setelah bisa nonton rasmus klump (didi beruang) , bisa nonton tom poes , karena nama di buku dan film nya suka berbeda
seneng banget bisa dapat buku dan tontonan dari info2 di ZD ini, sesuatu yg dulu sy pikir ga bakal bisa dapat atau ingat
setelah bisa nonton rasmus klump ( didi beruang ) , bisa nonton tom poes , karena nama di buku dan film nya suka berbeda
seneng banget bisa dapat buku dan tontonan dari info2 di ZD ini, sesuatu yg dulu sy pikir ga bakal bisa dapat atau ingat
Blue is the Warmest Color (2013)
Dari novel grafis Le Bleu est Une Couleur Chaude karya Julie Maroh.
Sinopsis :
Film ini mengikuti kehidupan Adèle, seorang remaja perempuan biasa yang masih mencari jati diri, baik dalam hidup maupun perasaannya. Suatu hari ia bertemu Emma, seorang perempuan berambut biru yang lebih dewasa, percaya diri dan berjiwa bebas. Pertemuan singkat itu meninggalkan kesan mendalam dan perlahan berkembang menjadi hubungan cinta yang intens.
Seiring waktu, Adèle dan Emma menjalani hubungan yang penuh gairah, kebahagiaan, sekaligus konflik. Perbedaan latar belakang sosial, ambisi dan cara memandang hidup mulai menciptakan jarak di antara mereka. Adèle cenderung sederhana dan berorientasi pada kehangatan emosional, sementara Emma mengejar ekspresi diri, seni dan pengakuan intelektual.
Film ini tidak hanya menggambarkan kisah cinta sesama jenis, tetapi juga proses pendewasaan, pencarian identitas dan rasa kehilangan. Hubungan mereka diuji oleh kecemburuan, kesalahpahaman, dan perubahan arah hidup, hingga akhirnya membawa Adèle pada fase kesepian dan refleksi diri yang mendalam.
The Rabbi's Cat 2011
Dari komik tiga volume berjudul Le Chat du Rabbin karya Joann Sfar (2001, 2002 dan 2003)
Sinopsis :
Berlatar di Aljazair pada tahun 1920-an, The Rabbi’s Cat mengisahkan seekor kucing milik seorang rabi Yahudi yang hidup nyaman dan malas. Suatu hari, kucing ini memakan seekor burung beo dan secara ajaib mendapat kemampuan berbicara, namun dengan sikap sinis, kritis dan penuh pertanyaan filosofis.
Kucing tersebut mulai mempertanyakan agama, iman dan identitas, bahkan sering berdebat dengan tuannya, sang rabi. Ketika kucing ingin masuk agama Yahudi secara resmi, rabi menolaknya karena menganggap hewan tidak memiliki jiwa religius. Penolakan ini justru memicu rangkaian diskusi dan konflik batin tentang makna iman, tradisi dan kebebasan berpikir.
Sementara itu, cerita berkembang menjadi petualangan lintas budaya antara sang rabi, putrinya, sang kucing dan beberapa tokoh lain yang terlibat dalam perjalanan menuju Afrika Sub-Sahara, bertemu berbagai komunitas dengan latar agama dan kepercayaan yang berbeda. Di sepanjang perjalanan, film ini menyentuh isu kolonialisme Prancis, toleransi antar agama, identitas Yahudi di dunia Arab dan relasi manusia - Tuhan.
Meski sarat tema berat, kisah disampaikan dengan humor cerdas, dialog filosofis yang ringan dan visual animasi yang hangat.
Wrinlkes (Spanyol, 2011)
Dari novel grafis Arrugas karya Paco Roca tahun 2007.
Sinopsis : Arrugas berkisah tentang Emilio, seorang mantan pegawai bank yang mulai mengalami penurunan daya ingat akibat Alzheimer tahap awal. Karena kondisinya semakin mengkhawatirkan, keluarga Emilio menitipkannya di sebuah panti jompo.
Di tempat itu, Emilio bertemu Miguel, seorang penghuni panti yang cerdik, sinis dan gemar mencari keuntungan kecil dari sesama lansia. Awalnya hubungan mereka penuh jarak, namun perlahan tumbuh persahabatan yang hangat dan tulus. Miguel membantu Emilio beradaptasi, menghindari penghuni yang sering memanfaatkan kelemahannya, dan (yang paling menakutkan) menghindari kemungkinan dipindahkan ke lantai atas, bagian panti yang dihuni para lansia dengan kondisi mental paling parah.
Seiring waktu, penyakit Emilio semakin berkembang. Ingatannya memudar, batas antara masa lalu dan masa kini makin kabur. Miguel dan para penghuni panti lainnya dihadapkan pada kenyataan pahit tentang penuaan, kehilangan martabat dan rasa takut dilupakan. Namun di tengah keterbatasan, mereka juga menemukan solidaritas, humor kecil dan kasih sayang manusiawi yang membuat hidup tetap bermakna.
Film ini menggambarkan hari tua dengan kejujuran yang lembut, tanpa melodrama berlebihan, menjadikannya potret sunyi tentang kemanusiaan dan persahabatan di ambang ingatan yang hilang.