Judul Film : Midway
Jenis : Sejarah, Perang
Tahun Produksi : 1976
Sutradara : James Smight
Pemain : Charlton Heston, Henry Fonda, James Coburn, Hal Holbrook, Glenn Ford, Robert Mitchum, Robert Wagner, Toshiro Mifune, Robert Webber
Durasi : 131 menit
Sinopsis :
Film ini berlatarbelakang teater Perang Pasifik dalam Perang Dunia II. Pasca serangan Jepang atas Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pearl Harbor, Hawaii, Amerika Serikat melakukan balasan dengan pemboman atas beberapa kota di Jepang. Serangan tersebut mendorong Panglima Armada Angkatan Laut Jepang, Laksamana Isoroku Yamamoto (Toshiro Mifune) untuk mengeksekusi rencananya, menyerang Midway di mana terdapat pangkalan udara Angkatan Laut Amerika Serikat yang terdekat dengan Jepang. Rencana ini sempat mendapat keberatan dari beberapa perwira tinggi Angkatan Laut Jepang karena dianggap terlalu beresiko. Sementara di pihak Amerika Serikat, Panglima Armada Pasifik Angkatan Laut Amerika Serikat, Laksamana Chester Nimitz (Henry Fonda) -- berkat penyadapan oleh perwira intelijennya, Letnan Kolonel (Commander) Joseph Rochefort (Hal Holbrook), -- menyadari bahwa target berikutnya dari Angkatan Laut Jepang adalah Midway, meskipun Markas Besar Angkatan Laut Amerika Serikat di Washington -- melalui utusan khusus, Kolonel (Captain) Vonton Maddox (James Coburn) yang datang menemui Nimitz -- menduga serangan berikutnya Jepang akan menyasar Pantai Barat Amerika Serikat melalui Kepulauan Aleut di utara, dekat Alaska. Yamamoto sendiri mengirimkan Laksamana Muda Boshiro Hosogaya dengan Armada untuk menyerang Kepulauan Aleut. Jepang memperkirakan Amerika Serikat akan menyiapkan Laksamana Madya William Halsey (Robert Mitchum) sebagai Panglima Armada, dan mereka sudah mempelajarai karakter dari Laksdya Halsey. Ternyata Laksdya Halsey sedang dirawat di rumah sakit karena penyakit kulit. Nimitz menunjuk Laksamana Muda Raymond Spruance (Glenn Ford) sebagai pengganti Halsey atas rekomondasi Halsey, yang akan berkedudukan di kapal induk USS Enterprise. Juga ditunjuk Laksamana Muda Frank Fletcher (Robert Webber) yang baru kembali dari Pertempuran Laut Karang (Coral Sea) untuk bergabung.
Di sela persiapan kedua armada tersebut, juga dikisahkan seorang perwira penerbang Angkatan Laut Amerika Serikat yang menjadi kepercayaan Nimitz, yaitu Kolonel (Captain) Matthew Garth (Charlton Heston) yang putranya, Letnan Tom Garth (Edward Albert) seorang perwira penerbang Angkatan Laut Amerika Serikat yang sedang menjalin asmara dengan gadis Jepang yang dinternir oleh FBI di Honolulu.
Armada Jepang terlebih dahulu melakukan pemboman terhadap Midway sebelum kemudian menghadapi armada Amerika Serikat. Dalam pertempuran tersebut akhirnya Armada Jepang kehilangan empat kapal induk, sedangkan Amerika Serikat kehilangan satu kapal induk. Rencana strategis Jepang untuk menduduki Midway gagal. Jepang mengalami kekalahan besar dalam perang laut ini.
Letnan Tom Garth, penerbang yang berkedudukan di kapal induk USS Yorktown, mengalami luka bakar serius saat pertempuran. Sedangkan Kolonel Matt Garth gugur saat pesawatnya -- yang sudah ditembus banyak peluru -- meledak ketika mendarat di kapal induk USS Enterprise, karena USS Yorktown tempat skuadronnya berada, telah tenggelam.
Di bagian akhir film ini, saat menunggu merapatnya kapal induk USS Enterprise, Laksamana Nimitz berkata kepada Letkol Joseph Rochefort, "Saya tahu apa yang akan Garth katakan, 'Ini tidak masuk akal, Laksamana.Yamamoto memiliki semua keunggulan atas kita; kekuatan, pengalaman, kepercayaan diri. Apakah kita lebih baik dari Jepang atau hanya beruntung?'"
Resensi :
Film ini jelas bertaburan banyak (dan akan menjadi) aktor besar dan terkenal. Henry Fonda (12 Angry Men 1957, On Golden Pond 1981), Charlon Heston (Ten Commandments 1956, Ben Hur 1959), Robert Mitchum (Cape Fear 1962, seri TV Winds of War 1983), Glenn Ford (3:10 to Yuma 1957, Superman 1978), James Coburn (Magnificent Seven 1960, The Great Escape 1963), Robert Wagner (serial TV It Takes a Thief 1968-1970, Hart to Hart 1979-1984) adalah aktor-aktor terkenal (dan akan besar). Juga terdapat Edward Albert (seri TV Falcon Crest 1981-1990) Dalam daftar pemain pendukung juga terdapat nama Tom Selleck (Three Men and a Baby 1987, serial TV Magnum P.I 1980-1988) dan Eric Estrada (seri TV CHiPs 1977-1983). Sementara di pihak Jepang tedapat aktor Toshiro Mifune (Rashomon 1950, Seven Samurai 1954) dan Pat Morita (The Karate Kid 1984) serta John Fujioka (Mortal Kombat 1995).
Film ini semacam semi dokumenter, dengan banyak tokoh-tokoh sejarah seperti Laksamana Nimitz, Halsey, Spruance, Fletcher, Yamamoto, Nagumo, Hosogaya, Yamaguchi, dll. Sementara tokoh utamanya sendiri, Kolonel Matthew Garth dan putranya, Letnan Tom Garth adalah tokoh fiktif. Akting para aktor cukup baik, seperti Charlton Heston, Henry Fonda, Robert Mitchum ataupun Glenn Ford, di samping Toshiro Mifune, Pat Morita dan John Fujioka. Permasalahan yang sering timbul di dalam film yang banyak aktor terkenalnya yaitu kesulitan sutradara untuk membagi porsi peran, agaknya tidak terlalu terlihat dalam film ini. Meskipun James Coburn dan Robert Mitchum tidak terlalu banyak peran, akting mereka tidak buruk.
Film ini mencoba untuk menggambarkan seakurat mungkin (sesuai data yang ada pada saat film ini dibuat) terkait dengan pertempuran laut tersebut. Mengenai data tersebut, film ini cukup sejalan dengan Bab Pertempuran Midway dalam buku Perang Pasifik karya P. K. Ojong tahun 1956. Antara lain digambarkan kecemasan dan rasa kurang percaya diri Angkatan Laut Amerika Serikat pasca Pearl Harbor (meski itu lebih diungkapkan secara verbal), kondisi kritis yang dihadapi Armada Pasifik karena kurangnya kapal-kapal perang pasca Pearl Harbor dan sadar bahwa Armada Jepang lebih unggul dalam hal jumlah. Di samping itu juga coba disisipkan sedikit mengenai Japanesephobia kepada orang-orang Jepang yang berada di Amerika Serikat (tentu dari perspektif Amerika) pasca penyerangan Pearl Harbor 7 Desember 1941. Meskipun demikian, film ini cukup "menahan diri" untuk tidak terlalu menyanjung "kehebatan" Amerika Serikat, yang banyak terlihat dalam film-film Hollywood lainnya.
Kelemahan film ini adalah -- salah satunya menurut saya -- yang paling terasa adalah autentititas dialog di antara pimpinan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang yang menggunakan Bahasa Inggris. Bisa dimaklumi, karena film-film Hollywood masa itu memang belum banyak yang menggunakan bahasa asli, dalam hal ini Bahasa Jepang. Agak berbeda memang dengan film-film mutakhir di masa sekarang.
Karena film ini dibuat tahun 1976, tentu tidak menggunakan efek CGI. Sehingga untuk itu film ini mengambil beberapa frame dokumenter asli dari dokumentasi yang ada, disisipkan dalam adegan film. Dengan demikian, kesan dramatis dan "menggelegar" tentu tidak akan sedahsyat film-film generasi sekarang.
Bagaimana pun juga, film ini cukup menarik dan saya kira tidak ada salahnya jika ditonton.
Penilaian: 5